Tuesday, December 20, 2011

Lagi, siang ini otakku kembali dipenuhi aliran kata yang hendak tumpah dalam kertas maya. Bercerita tentang sesosok muslimah dalam pencariannya.
Kurang lebih tiga tahun lalu seorang gadis mulai memantapkan diri untuk menutup aurot sesuai dengan nadzarnya.
Berat memang, awalnya.
Ia merasa berat karena harus meninggalkan pakaian-pakaian "Pendek" yang biasa ia pakai dalam kesehariannya.
Ia merasa berat karena rambut yang biasa dihias dengan pita-pita cantik nan lucu harus ditutupi dengan selembar kain yang menutupi helaian rambutnya.
Ia merasa berat harus berpenampilan layaknya seorang muslimah yang berjilbab yang biasanya sudah paham masalah agamanya.
Ia merasa berat karena takut teman-temannya menjauhi dirinya.
hingga akhirnya, ia mulai "terpaksa" untuk menjalankan nadzarnya itu.
Hari demi hari terasa sama saja dengan hari-hari dimana ia belum berhijab.
Entah, apa yang membuatnya merasa tidak nyaman dengan pergaulannya yang masih "tak terbatas" itu.
Kegelisahan nya membuat ia mencari, apa sebenaranya yang hendak dicapai dalam hidup ini?
Hingga suatu hari, ia bertemu seorang sahabat, sholehah, yang mendampingi dirinya dalam pencarian itu.
Saat pencariannya ia mulai gemar membaca buku, buku pertamanya "Jilbab itu keren".
Seketika saat mengkhatamkan buku itu, ia mulai mengetahui bagaimana syariat islam mengatur bagaimana seseorang harus berhijab yang sesuai syariat.
Perlahan mulailah ia merubah penampilannya..
Memakai jilbab yang tidak tipis, tidak ketat, menutupi dada, bahkan ia mencoba menggunakan rok dan kaos kaki untuk menutupi aurotnya..
Ia merasa nyaman dengan semua itu, mulailah babak kedua perjalanan pencarian jati dirinya itu..
Buku kedua yang menggetarkan hatinya adalah "Ayat-Ayat Cinta" sebuah karya yang memperlihatkan bagaimana keidahan islam, bagaimana Islam mengajarkan interaksi antara laki-laki dan wanita, bagaimana seharusnya pernikahan dalam islam. Dan keingintahuannya semakin menggejolak, ia mulai melahap buku-buku yang menambah pengetahuannya, ia mulai aktif mengikuti kajian di lingkungannya, hingga akhirnya hidayah itu diterimanya.
Ia kembali teringat saat ia berat meninggalkan pakaian-pakaian "pendek" serta berat untuk menutupi aurotnya.
Sesekali ia tersenyum, Sungguh indah celupan dari Alloh yang kembali mewarnai hari-hari barunya.
"Siapa yang lebih baik sibgah(celupan)nya daripada Alloh"?
Sebuah tulisan dari dinding maya terpampang di halaman rumahnya,

dear muslimah,...

Adakah seorang wanita yang kehilangan kecantikannya hanya karna ia berhijab???
sesungguhnya setiap jengkal dari kita adalah aurat yang memunculkan angan yang berbeda bagi tiap yang memandang.

Patut disyukuri bagi seorang akhwat yg dengan ikhlas menutupi dirinya, menjaga diri dan kesuciannya hanya untuk suami mereka karena Allah.

Ingatkah kita pada wanita2 suci pendahulu kita?
Khadijah, Maryam, Aisyah,Fatimah dan lainnya..
mereka menjadi wanita mulia karena menjaga diri dg hijab, menjaga hati dg akhlak, iman dan taqwa.
Maka wajar jika surga Allah adalah hadiah bagi mereka.

Ketika ditanya, apakah kita mau masuk surga?
Pasti tak ada yang menolaknya.
Tapi jika kita mau ke surga, coba renungkan...
sudahkan kita spt khadijah dan wanita suci lainnya yg slalu berbuat untuk izzah(kemualiaan) kita???

Pesona Cleopatra bisa pudar...
tapi..
Pesona ahlul hijab, tidak akan luntur sepanjang zaman
sebab ia selalu memancarkan aura cahaya kesucian yang tak kan pernah padam...

Kisah Nyata : Akhir Hayat Penggemar Musik dan Pecinta Al.quran

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri: “Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”

Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah.Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu.

Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.

Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.

Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekejaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak.

Aku bingung dan sering melamun sendirian…banyak waktu luang…pengetahuanku terbatas.

Aku mulai jenuh…tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan.

Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.

Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam kondisi sangat kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.

Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.

Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah…Laailaaha Illallaah…” perintah temanku.

Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat…Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.

Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi… keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya…

Suara lagunya semakin melemah…lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak… keduanya telah meninggal dunia.

Kami segera membawa mereka ke dalam mobil.

Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening.

Kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia”. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat.

Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu’ sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu.

Aku kembali pada kebiasaanku semula…Aku seperti tak pemah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu.

* Kejadian Yang Menakjubkan… Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu…sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.

Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota.

Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, -bukan yang menemaniku pada peristiwa yang pertama- cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapatpenanganan.

Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta’at menjalankan perintah agama.

Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an…dengan suara amat lemah.

“Subhanallah! ” dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati.

Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan Al Quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: “Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu… apalagi aku Sudah punya pengalaman,” aku meyakinkan diriku sendiri.

Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga.

Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.

Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.

Sampai di rumah sakit…

Kepada orang-orang di sanal kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.

Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya.

Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana, almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil.

Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. “Justru saya memanfaatkan waktu perjalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan,” kata almarhum.

Aku ikut menyalati jenazah dan mengantarnya sampai ke kuburan.

Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat.

“Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah”.

Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah…Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya…

Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat…

Dan aku… sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin…(Azzamul Qaadim, hal 36-42)

Sumber : [“Saudariku Apa yang Menghalangimu Untuk Berhijab”; judul asli Kesudahan yang Berlawanan; Asy Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly; Penerbit : Akafa Press Hal. 48]

Tips menghafal Al.Quran untuk orang dewasaa

Allah menurunkan Al Quran agar umat muslim membacanya dengan baik, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan. Untuk mencapai kepada kesempurnaan menerapkan ajaran Al Quran maka kita perlu menghafalkannya. Meski menghafal Al Quran itu hukumnya fardhu kifayah (wajib atas sebagian kaum muslim saja dan gugur dari sebagian yang lain), namun dalam prakteknya, menghafal Al Quran bagi setiap individu muslim dalam menegakkan ibadah kesehariannya hukumnya harus.

Kita tahu bahwa kita shalat minimal 5 waktu setiap hari sehari semalam. Ada waktu-waktu khusus di mana bacaan shalat harus dikeraskan, seperti pada shalat Maghrib, Isya’, dan Subuh. Nah pada saat itulah kesempatan membaca Al Quran dengan hafalan sangat menentukan. Menentukan dalam arti membantu sempurnanya shalat kita. Karena bacaan shalat dan Al Quran yang tidak baik akanberdampak pada kekurangsempurnaan shalat dan akhirnya bisa mengurangi nilai pahala shalat kita. Sementara yang kita lakukan adalah shalat fardhu yang memang Allah tegaskan untuk disempurnakan sebaik mungkin.

Tanpa hafalan yang memadai sulit rasanya bagi seorang imam untuk membuat jama’ahnya khusyuk dalam shalat. Apalagi shalat adalah ibadah yang paling mendekatkan seorang hamba muslim kepada Tuhannya.

Nah, pembaca sekalian, untuk memenuhi kebutuhan kita bisa menambah hafalan, maka ada beberapa tips menghafal bagi kita, terutama yang usianya di atas 23 tahun.

Kenali karakter dan pahala menghafal Al Quran di sisi Allah subhanahu wa ta’ala! Menghafal Al Quran tujuannya untuk taqorrub atau mendekatkan diri kita kepada Allah. Baik ketika shalat ataupun ketika di luar shalat. Semakin banyak hafalan Al Quran seseorang maka akan semakin baik derajatnya di sisi Allah dan malaikat-Nya.

Rasulullah bersabda, “Akan dikatakan kepada penghafal Al Quran di hari kiamat, ‘Bacalah hafalanmu, naiklah dan lantunkanlah dengan tartil (lancar). Sesungguhnya, kedudukanmu di surga sesuai dengan jumlah ayat atau hafalan yang pernah kamu baca.’”

Bagi orang dewasa, menghafal Al Quran itu sebaiknya dilakukan dengan strategi yang jitu. Saya katakan demikian karena otak dan memori orang dewasa berbeda dengan otaknya anak-anak yang notabene cepat dalam menghafal dan susah hilang. Berbeda dengan orang dewasa yang susah menghafal dan kalau sudah hafalan malah mudah sekali hilangnya. Bagi orang dewasa ketika menghafal harus menggunakan analisa dan pemahaman. Analisa dalam arti memahami artinya terlebih dahulu kemudian baru menghafal. Menganalisa ayat-ayat yang hendak dihafal baru kemudian mulai menghafalkannya.

Nah di sini, apabila seseorang sudah hafal beberapa surat maka diharapkan hafalannya akan kuat, lancar dan penuh penghayatan.

Ada seseorang yang apatis ketika dihadapkan dengan hafalan Al Quran. Alasannya, bahwa otak dan ingatannya sudah butek dan tumpul. Tentu ucapannya ini berdasarkan pada ketidaktahuan dia tentang seluk-beluk menghafal dan proses yang akan dijalaninya.

Tapi tak apalah, mungkin itu salah satu pengalaman dia sepintas tentang hafal-menghafal Al Quran. Yang jelas jika anda ingin serius menghafal Al Quran maka yang harus diperhatikan adalah kemauan dan keseriusan. Mau menghafal meski di tengah gangguan kesibukan dan setumpuk aktivitas. Lalu, menyediakan waktu khusus untuk menghafal yang tidak bisa diganggu-gugat atau dikalahkan dengan pekerjaan yang lain.

Kemudian serius dalam menjalankannya. Serius belajar di bawah bimbingan seorang guru yang mumpuni dan berpengalaman. Sebab guru adalah murid yang sungguh-sungguh. Dia akan selalu menularkan rasa semangat menghafal kepada muridnya. Dan murid akan mendapatkan banyak suntikan semangat dan tips-tips baru dari pembimbingnya.

Dan satu hal lagi, jangan lupa berdoa kepada Allah agar senantiasa dimudahkan ketika menghafal dan dijadikan hafalannya itu sebagai wasilah (sarana) menjalankan ketaatan yang maksimal kepada-Nya.

Ku Ingin Allah yang mengirimkannya UNTUKKU

Wah.. Kakak kalah nih sama adek Shinta. Shinta dah berani bawa calon ke rumah. Kakak kapan?”, demikian seloroh seorang ibu kepada anak perempiuannya dengan nada menggoda.

Sang anak terdiam sejenak, walau senyum tetap mengembang di sudut bibirnya. Senyum yang sebenarnya menyiratkan selaksa emosi. Merasa lucu, sedih, bahagia, harap dan cemas. Tak langsung menjawab pertanyaan itu, karena hatinya berusaha mencari kata-kata yang pas untuk menyampaikan maksudnya kepada Sang Ibu. Kejengkelan, kemarahan, dan keketusan tentu saja tidak akan mampu memahamkan Sang Ibu pada konsep hidup yang ada dibenaknya sekarang. Lama ia terdiam (tetap dalam senyum).

Sang anak teringat pertahanan yang dibangunnya di awal-awal ketika ia menemukan kesempurnaan Islam yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya konsep pembangunan kembali peradaban Islam yang agung. Konsep yang membuatnya tergugah untuk menjadi salah satu arsiteknya, bahkan meng’azzamkan diri untuk itu. Islahu An-Nafsi, itulah metode awalnya, kemudian Takwin Bait Al-Muslim, Irsyad Al-Mujtama’, sampai di akhirnya ustadziyyatu Al-’Alam. Islam yang mampu membuat masa remaja (baca: puberitas) terarah dengan baik, terbimbing dan lebih bermanfaat. Walau untuk itu pertarungan antara nafsu jahiliyah dan nafsu mutmainnahnya tak jarang membuatnya insomnia, air matanya terkuras, hatinya terkikis, apatah lagi ‘perseteruan’ dengan orang-orang terdekatnya yang mungkin kaget dengan semua prinsip yang tiba-tiba berubah dan tak sejalan dengan mereka.

Ia masih saja diam. Sementara sang Ibu menanti, kira-kira kata apa yang keluar dari mulut anak perempuannya.

Dan ia terus berpikir. Ini bukan pertanyaan pertama tentang hal yang sama yang ia hadapi, namun ini berbeda. Karena yang menanyakannya adalah Sang Ibu yang ini adalah kali ketiga beliau bertanya. Walau sebelumnya telah ia katakan pada ibunya dengan nada bercanda bahwa ia ingin Sang Ibu lah yang menemukan kepingan hatinya yang lain.

Tulisan mas Yudi kembali tertata indah di pikirannya:

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki sholih terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholihah.

Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga.

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholih, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan.

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada Sang Khaliq, karena secuil musibah yang ditimpakan padanya.

Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman..

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah, untuk membuktikan cintanya pada Allah.

Hatinya berbicara.. Mengalir tak terbendung..

“Ibu.. Bagiku pernikahan itu bukanlah sekedar ucapan ijab qabul “saya terima nikahnya..”, “sah..?? Sah.. Sah..”. Bukan sekedar upaya untuk menghalalkan hubungan sepasang anak manusia yang kemudian melahirkan keturunan untuk melanjutkan garis keturunan keluarga. Juga bukan sekedar memenuhi kerinduan ayah ibu untuk menimang cucu. Pun juga bukan sekedar untuk menepis pandangan orang-orang. Dan juga bukan sekedar pelepas tanya, “Udah punya suami..?”. Tidak.. Tidak sesederhana itu bagiku..

Bagiku, sesuai pemahamanku sekarang, pernikahan adalah penyatuan dua keluarga untuk menambah kekuatan dan tenaga demi tegaknya kembali peradaban yang agung dan mulia ini. Adalah penghimpun daya dan upaya untuk saling menguatkan pondasi peradaban yang kita bangun. Adalah untuk memperluas ladang amal, menyebarkan nilai-nilai Islam yang indah dan sempurna. Adalah untuk memperbanyak pekerja-pekerja peradaban sesuai spesialisasinya masing-masing. Adalah untuk mendesign metode iqomatuddin dien dimulai dari negara kecil sediri, yaitu keluarga. Adalah untuk melahirkan mujahid-mujahidah yang akan menyinari dunia ini dengan cahaya islam yang benderang, bahkan lebih benderang dari matahari di siang bolong. Menciptakan cendikiawan muslim yang mengharumkan agama ini hingga ke pelosok-pelosok negeri, hingga tak ada lagi wewangian yang lebih wangi dari Islam itu sendiri. Menciptakan para negarawan sholih dan sholihah yang menegakkan keadilan, kebebasan dan ketenangan didalam sebuah negara di bawah naungan Islam yang hanif. Juga untuk melahirkan para penduduk syurga, mereka yang syahid dijalan-Mu.

Aku ingin menjadi Al-Khansa’ berikutnya, Ibu. Al-Khansa’, ibunda para syuhada..

Dan untuk itu, tak kan ibu temukan aku membawa laki-laki ke rumah kita. Tak kan ibu temukan aku mengatakan, “Perkenalkan, ini teman laki-lakiku”. Dan tak kan ibu temukan aku bermalam minggu dengan laki-laki yang bukan muhrimku. Tak kan ibu temukan pada diriku insyaAllah. Karena cita-citaku itu, meminta pengorbanan yang lebih dan lebih dari diriku. Karena cita-citaku itu, tak kan pernah ku dapatkan dengan mudah, kecuali dengan perjuangan total dari diriku hingga Allah merasa aku pantas mendapatkannya.

Bersabarlah ibu.. Tenanglah.. Karena ku ingin mempersembahkan syurga bagimu, bagi keluarga ini..”

Kata ini yang diucapkan sang anak dalam hatinya, berharap Allah kan menelepatikan pada Sang Ibu. Karena ia berbicara dengan hatinya, dan akan sampai pada hati pula. Hingga akhirnya ia berkata..

“Biarlah Ibu.. Karena aku ingin Allah yang mengirimkannya untukku.. Langsung dari sisi-Nya..”

Untuk KAMU , AKU , yang tengah MENANTI

Saudariku…..yang tengah menanti datangnya tambatan hati,
Ijinkanlah saya berbagi dalam goresan tulisan ini…
jika menurut teman-teman, baik…maka ambillah…
dan jika menurut teman-teman, buruk…maka tinggalkanlah….
saudariku…muslimah…
wanita muslimah…laksana bunga….yang menawan…
wanita muslimah yang sholehah….bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya….
Begitu indah…
begitu berkilau…
begitu menentramkan..
begitu menyejukkan…
teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut…
Namun tentunya….tak sembarang orang berhak meraihnya….menghirup sarinya….
hanya yang dia yang benar-benar terpilihlah…yang dapat memetiknya…
yang dapat meraih pesonanya…
dengan harga mahal yang teramat suci…
sebuah ikatan amat indah…bernama pernikahan…
karena itu…sebelum saatmu tiba….sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya…
janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya…
jangan kau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya…
jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu…
jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam…dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya….
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta…
Ya…atas nama cinta…
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh….atas nama taaruf…atas nama cinta
Kau tau saudariku…??
Jika seseorang jatuh cinta….maka cinta akan membungkus seluruh aliran darahnya…membekuknya dalam jari-jarinya…dan menutup semua mata…hati dan pikirannya….
Membuat seseorang lupa akan prinsipnya….
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat…
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan…
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan akhwat…
Membuat seseorang menyerahkan apapun…supaya orang yang ia cintai…”bahagia” atau ridho terhadap apa yang ia lakukan…
Membuat orang tersebut lupa…bahwa….cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan….
Ya saudariku….ukhty fillah…
Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya…
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya
Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin…
Cinta begitu dasyat pengaruhnya…jika engkau tau….
Karena itu…jika engkau mulai menyadari adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh…segeralah…buat sebuah benteng yang tebal…yang kokoh…
Tanam rumput beracun disekelilingnya…
Pasang semak berduri di muara-muaranya….
Berlarilah menjauhinya…menjauhi orang yang kau cintai….
Buat jarak yang demikian lebar padanya….
jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu…
Biarlah air mata mengalir untuk saat ini…
Karena kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan…
biarlah sakit ini untuk sementara waktu…
biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan…
Karena…cinta tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita…
Kalian sendiri…
Saudariku…. tentunya sudah mengerti dan paham…
bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta…
jika dia jauh..kita merasa sakit karena rindu…
jika ia dekat…kita merasa sakit…karena takut kehilangan….
padahal…ia belum halal untukmu…dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal…
karena itu…jauhilah ia…
jangan kau biarkan dia menanamkan benih-benih cinta di hatimu….dan kemudian mengusik hatimu…
jangan kau biarkan dia mempermainkanmu dalam kisah yang bernama cinta…
maka…bayangkanlah keadaan ini…tentang suamimu kelak…
sahabatku…
sukakah engkau..??
apabila saat ini ternyata suamimu (kelak) sedang memikirkan wanita yang itu bukan engkau..???
sukakah engkau..??
bila ternyata suamimu (kelak) saat ini tengah mengobrol akrab…tertawa riang…becanda…
saling menatap…
saling menggoda…
saling mencubit…
saling memandang dengan sangat…
saling menyentuh…???
dan bahkan lebih dari itu…??
sukakah engkau saudariku…??
sukakah engkau bila ternyata saat ini suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain yang itu bukan engkau…??
sukakah engkau…??
bila saat ini suamimu (kelak) tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya…??
tengah disibukkan oleh rencana-rencana…apa saja yang akan ia lakukan bersama gadis itu…??
tidak cemburukah engkau temanku..??
bila saat ini suamimu (kelak) sedang makan bareng bersama gadis lain…atau bahkan segerombolan gadis lain..?
suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis..
suamimu (kelak) sedang ditelepon dengan mesra…
suamimu (kelak) saat ini sedang dicurhatin gadis-gadis… yang berkata…”aku tak bisa jika sehari tak mengobrol dengamu…”
tidak cemburukah…?? tidak cemburukah…?? tidak cemburukaaaaahhhhhhhh……???
tidak terasa bagaimanakah..
jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan…
bercengkrama..
bercerita tentang masa depannya…
dengan gadis lain yang bukan engkau…???
sukakah engkau kiranya suamimu (kelak) saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut…??
menangis untuk gadis tersebut…??
dan berkata dengan hati hancur…”aku sangat mencintamu…aku sangat mencintaimu…???”
tidak patah hatikah engkau…???
sukakakah engkau bila suamimu (kelak ) berkata pada gadis lain..”tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau…??”
menyebut gadis tersebut dalam doanya…
memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya…
dan ternyata engkaulah yang kelak akan jadi istrinya…dan bukan gadis tersebut…???
jika engkau tidak suka akan hal itu…
jika engkau merasa cemburu….
maka demikian halnya dengan suamimu (kelak)…
dan…Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu….
Allah lebih cemburu…saudariku…
melihat engkau sendirian…namun pikirannmu enggan berpindah dari laki-laki yang telah mengusik hatimu tersebut….
saudariku….kalian percaya takdir bukan..?
saudariku….kalian percaya takdir bukan..?
apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama…
maka…
sejauh apapun mereka…
sebanyak apapun rintangan yang menghalangi…
sebesar apapun beda diantara mereka…
sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya…
meski mereka tidak pernah komunikasi sebelumnya…
meski mereka sama sekali tidak pernah membayangkan sebelumnya…
meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa…
PASTI tetap saja mereka akan bersatu….
seakan ada magnet yang menarik mereka…
akan ada hal yang datang…untuk menyatukan mereka berdua….
akan ada suatu kejadian…yang membuat mereka saling mendekat…dan akhirnya bersatu…
namun…
apabila dua orang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh…
maka…
sebesar apapun usaha mereka untuk saling mendekat…
sekeras apapun upaya orang disekitar mereka untuk menyatukannya…
sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka berdua…
sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya…
sedekat apapun…
PASTI…akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh…
ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok…
ada hal yang membuat mereka saling menyadari bahwa memang bukan dia yang terbaik….
ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu…
bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan…
namun…yang perlu dicatat disini adalah…
yakinlah…bahwa yang diberikan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang digariskan oleh Allah…
yakinlah…bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam KitabNya..
adalah…yang terbaik untuk kita….
adalah….yang paling sesuai untuk kita…
adalah…yang paling membuat kita merasa bahagia,,,,
karena Dialah…yang paling mengerti kita…lebih dari kita sendiri…
Dialah…yang paling menyayangi kita…
Dialah…yang paling mengetahui apa-apa yang terbaik untuk kita…
sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya…dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita…
dan….yang perlu kita catat juga adalah…
JIKA KITA TIDAK MENDAPATKAN SUATU HAL YANG KITA INGINKAN…ITU BUKAN BERARTI BAHWA KITA TIDAK PANTAS UNTUK MENDAPATKANNYA….NAMUN JUSTRU SEBALIKNYA, BAHWA…KITA PANTAS…KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK DARI HAL TERSEBUT…
KITA PANTAS MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK…SAUDARIKU….
LEBIH BAIK…. YA, LEBIH BAIK…, YAKINLAH….,
meskipun saat ini…mata manusia kita tidak memahaminya…
meskipun saat itu…perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata…
meskipun saat itu…otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk….
Tidak…jangan terburu-buru menvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk….bahwa engkau tidak pantas….
karena kelak…engkau akan menyadarinya…
engkau akan menyadarinya perlahan…bahwa apa yang telah hilang darimu….bahwa apa yang tidak engkau dapatkan….bukanlah yang terbaik untukmu…bukanlah yang pantas untukmu…bukanlah sesuatu yang baik ,,,,untukmu….
karena itu…saudariku…
jangan mubazirkan tenagamu…., waktumu…., perasaanmu…, air matamu…
jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taarufan…
jangan kau umbar semua kekuranganmu…jangan kau ceritakan semuanya…
jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya…jika engkau mencintainya…
karena belum tentu dia adalah jodohmu…
pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa cocok…
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian…
maka…memohonlah pada-Nya…
mintalah padanya diberikan petunjuk…dan dijauhkan dari segala godaan yang ada…
karena…cinta sebelum pernikahan…pada hakekatnya adalah sebuah cobaan yang berat…
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
kemudian saudariku….
apakah kalian sering merasa takut…?? Karena hanya memiliki sedikit saja atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki…???
Apakah kalian merasa khawatir…???
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang memiliki banyak lelaki yang mencintai…banyak yang melamar…banyak yang menginginkannya…??
Pernahkan terlintas rasa iri tersebut pada kalian…???
Atau sekedar ungkapan…”hmm…enak ya..kamu…punya banyak temen laki-laki….”
“hmm..kamu sih enak…banyak yang mau…tinggal milih…?”
Saudariku…ketahuilah….
Kelak…kita hanya akan memiliki satu orang suami…
Hanya satu saudariku…atau kadang lebih…jika cerai dan menikah lagi…namun saat yang bersamaan…kita hanya akan punya satu suami bukan,,,,???
Jadi seberapa banyak pun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita…
Seberapa banyak kenalan kita….
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki…
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki…
Dan…percayalah…semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan…banyak sedikitnya teman laki-laki
sama sekali tidak…
karena jika wanita yang terjaga maka Allahlah yang akan mengirimkan pendamping untuknya…
karena wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati…
jadi…jagalah dirimu…hatimu…kehormatanmu
…sebelum saatnya tiba…
perbanyak bekalmu…dan doamu…
yakinlah…bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu…
amien…
*Ya Allah…karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh…
yang menjaga dirinya…
yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya…
yang senantiasa memperbaiki dirinya…
yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah…
yang baik akhlaknya…
yang menerima kami apa adanya…
yang membimbing kami dengan lemah lembut…
yang akan membawa kami menuju Jannah-Mu Ya Rabb…
kabulkan ya Allah…
amien…
dan segerakanlah…karena hati kami teramat lemah…dan cinta sebelum menikah adalah sebuah cobaan yang berat…sangat berat ya Allah….,
 

Avie's Blogspot Template by Ipietoon Cute Blog Design