Monday, January 2, 2012

Perilaku manusia dalam Interaksi Sosial

Tuhan memberi dua predikat kepada manusia, yaitu sebagai hamba Allah
(Abdullah) dan wakil Allah (khalifatullah). Karakteristik hama adalah
lemah, kecil dan terbatas. Sedangkan karakteristik khalifatullah
adalah besar, bebas dan memikul tanggungjawab. Ada manusia yang
konsep dirinya lebih sebagai hamba, maka ia tidak memiliki rasa
percaya diri, dan menghindari tantatangan hidup dengan berpasrah diri
kepada nasib. Ada yang konsep dirinya lebih merasa sebagai
khalifatullah, yang oleh karena itu ia selalu tertantang untuk
mengatasi problem, membela yang lemah dan menyebarluaskan
kemanfaatan. Yang proporsional adalah semestinya manusia merasa
dirinya kecil dalam dimensi vertical, dan harus merasa besar dalam
dimensi horizontal.
Manusia juga dianugerahi dua tabiat; suka kerjasama dan suka
bersaing. Ketika bekerjasama atau ketika bersaing, ada yang lebih
dikendalikan oleh akalnya, ada yang lebih dikendalikan oleh hatinya,
oleh nuraninya, oleh syahwatnya dan ada yang lebih dikendalikan oleh
hawa nafsunya. Oleh karena itu kualitas kerjasama dan kualitas
persaingan berbeda-beda dipengaruhi oleh apa yang paling dominant
pada dirinya dari lima subsistem itu. Kerjasama bisa terasa indah,
bisa juga menyakitkan. Persaingan juga bisa melahirkan keindahan,
bisa juga melahirkan permusuhan.
Dasar-Dasar Perilaku
Karakter Manusia tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi bermodal
tabiat bawaan genetika orang tuanya kemudian terbangun sejalan dengan
proses interaksi social dan internalisasi nilai-nilai dalam medan
Stimulus dan Respond sepanjang hidupnya. Perilaku manusia tidak cukup
difahami dari apa yang nampak, tetapi harus dicari dasarnya. Tidak
semua senyum bermakna keramahan, demikian juga tidak semua tindak
kekerasan bermakna permusuhan. Diantara yang mendasari tingkah laku
manusia adalah :
* Instinc. Instinc bersifat universal; seperti (1) instinct menjaga
diri agar tetap hidup, (2) instinct seksual dan (3) instinct takut.
Semua manusia memiliki instinct ini.
* Adat kebiasaan. Perbuatan yang diulang-ulag dalam waktu lama oleh
perorangan atau oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah
mengerjakannya, disebut kebiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan
kegembiraan atau kemarahan, cara berbicara adalah wujud dari
kebiasaan. Orang merasa nyaman dengan kebiasaan itu meski belum tentu
logis.
* Keturunan. Ajaran Islam menganjurkan selektip memilih calon
pasangan hidup, karena karakteristik genetika orang tua akan menurun
kepada anaknya hingga pada perilaku.
* Lingkungan. Menurut sebuah penelitian psikologi; 83% perilaku
manusia dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar
dan 6% sisanya oleh berbagai stimulus.
* Motivasi. Setiap manusia melakukan sesuatu pasti ada tujuan yang
ingin dicapai. Motivasi melakukan sesuatu bisa karena (a) keyakinan
terhadap sesuatu, (b) karena terbawa perilaku orang lain, (c) karena
terpedaya atau terpesona terhadap sesuatu.
* Keinsyafan. Keinsyafan merupakan kalkulasi psikologis yang
berhubungan dengan (a) ketajaman nurani, atau (b) kuatnya cita-cita
atau (c) kuatnya kehendak

ASMAUL HUSNA

smaul Husna berasal dari kata ismi (nama) husna· Artinya nama-nama yang indah. Nama-nama tersebut hanya dimiliki dan disandang oleh Allah SWT, jumlahnya sebanyak 99 (sembilan pUluh sembilan). Menurut Abdullah bin Sani dalam bukunya Asmaul Husna dalam komentar, 76 nama dari Asmaul Husna terdapat dalam Al Qur’an, sedang yang 23 lainnya terdapat dalam hadits.
Adanya Asmaul Husna diterangkan dalam Al Qur’an. “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki Al Asmaul (nama-nama baik)“. (QS. Thoha: 8).
Asmaul Husna merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. “Allah memiliki Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf: 180) Katakanlah, “serulah Allah atau serulah ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu menyeru-Nya, maka bagi-Nya nama-nama yang baik.” (QS. Al Isra’: 110).
Dijelaskan pula dalam hadits: “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, yaitu
seratus dikurangi satu. Barangsiapa menghafalkannya, akan masuk surga. Sesungguhnya itu witir (tidak genap). Dia menyukai witir itu.”(HR. Imam Baihaqi). Adanya Asmaul Husna secara rinci diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. sebagai berikut:
1. Allahu
2. Ar Rahman, Yang Maha Pemurah kepada seluruh mahluk-Nya.
3. Ar Rahim, Yang Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang beriman.
4. Al Malik, Yang Maha Kuasa atas alam semesta.
5. Al Quddus, Yang Maha Suci dari segala kekurangan.
6. As Salam, Yang Maha Sejahtera. Dia lah yang mensejahterakan seluruh mahluk-mahluk-Nya.
7. Al Mu’min, Yang Mengaruniakan Keamanan.
8. Al Muhaimin, Yang Maha Memelihara.
9. Al ‘Aziz, Yang Maha Perkasa.
10. Al Jabbar, Yang Kehendaknya tidak dapat diingkari.
11. Al Mutakabbir, Yang memiliki kebesaran.
12. Al Khaliq, Yang Maha Pencipta.
13. Al Bari’, Yang Melepaskan. Dzat yang dapat menghasilkan suatu benda dari benda yang lain jenisnya dan penjaga keseimbangan dari segala sesuatu.
14. Al Mushawwir, Yang menciptakan rupa makhluk.
15. Al Ghaffar, Yang Maha Pengampun.
16. Al Qahhar, Yang Maha Perkasa, mampu memaksa makhluk-Nya untuk menjalankan kehendak-Nya
17. Al Wahhab, Yang Maha Pemberi Karunia.
18. Al Razzaq, Yang Maha Pemberi Rejeki.
19. Al Fattah, Yang Maha Pembuka (pintu rahmat).
20. Al Alim, Yang Maha Mengetahui Segalanya.
21. Al Qabidh, Yang Maha Menyempitkan Kenikmatan.
22. Al Basith, Yang Maha Melapangkan Rezeki dan Kemudahan.
23. Al Khafidh, Yang Merendahkan Martabat makhluk-Nya.
24. Ar Rafi, Yang Meninggikan Martabat mahluk-Nya.
25. Al Mu’izzu, Yang Maha Memuliakan makhluk-Nya.
26. Al Mudzillu, Yang Maha Menghinakan makhluk-Nya.
27. As Sami’, Yang Maha Mendengar Segala Suara, tidak kecuali suara hati.
28. Al Bashir, Yang Maha Melihat.
29. Al Hakam, Yang Maha Menetapkan.
30. Al ‘Adl, Yang Maha Adil.
31. Al Lathif, Yang Maha Penyantun.
32. Al Khabir, Yang Maha Mengetahui Segala Rahasia.
33. Al Halim, Yang Maha Penyantun. Tidak cepat menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa.
34. Al ‘Azhim, Yang Maha Agung dari segalanya.
35. Al Ghafur, Yang Maha Pengampun.
36. Asy Syakur, Yang Maha Pembalas jasa perbuatan-perbuatan baik hamba-Nya.
37. Al ‘Aliyy, Yang Maha Tinggi.
38. Al Kabir, Yang Maha Besar.
39. Al Hafizh, Yang Maha Penjaga.
40. Al Muqit, Yang Maha Memelihara.
41. Al Hasib, Yang Maha Pembuat Perhitungan
42. Al Jalil, Yang Memiliki Keagungan.
43. Al Karim, Yang Maha Mulia.
44. Ar Raqib, Yang Maha Mengawasi.
45. Al Mujib, Yang Maha Mengabulkan.
46. Al Wasi’, Yang Maha Luas.
47. Al Hakim, Yang Maha Bijaksana.
48. Al Wadud, Yang Maha Pengasih.
49. Al Majiid, Yang Maha Mulia.
50. Al Ba’its, Yang Maha Membangkitkan.
51. Asy Syahid, Yang Maha Menyaksikan.
52. Al Haqq, Yang Maha Benar.
53. Al Wakil, Yang Maha Memelihara.
54. Al Qawiy, Yang Maha Kuat.
55. Al Matin, Yang Maha Kokoh.
56. Al Waliy, Yang Maha Melindungi.
57. Al Hamid, Yang Maha Terpuji.
58. Al Muhshiy, Yang Maha Menghitung, mengetahui jumlah dan ukuran segala sesuatu.
59. Al Mubdi’, Yang Maha Memulai.
60. Al Mu’id, Yang Maha Mengembalikan kehidupan makhluk-Nya.
61. Al Muhyi, Yang Maha Menghidupkan.
62. Al Mumit, Yang Maha Mematikan.
63. Al Hayy, Yang Maha Hidup.
64. Al Qayyum, Yang Maha Mandiri .
65. Al Wajid, Yang Maha Menemukan apa yang dikehendaki.
66. Al Maajid, Yang Maha Mulia.
67. Al Wahid, Yang Maha Tunggal/Esa.
68. Al Shamad, Yang Maha Dibutuhkan.
69. Al Qadir, Yang Maha Kuasa.
70. Al Muqtadir, Yang Maha Berkuasa.
71. Al Muqaddim, Yang Maha Mendahulukan.
72. Al Mu’akhkhir, Yang Maha Mengakhirkan.
73. Al Awwal, Yang Maha Permulaan.
74. Al Akhir, Yang Maha Akhir.
75. Az Zhahir, Yang Maha Nyata.
76. Al Bathin, Yang Maha Ghaib.
77. Al Waliy, Yang Maha Memerintah.
78. Al Muta’aliy, Yang Maha Tinggi.
79. Al Barr, Yang Maha Dermawan.
80. Al Tawwab, Yang Maha Menerima Tobat.
81. Al Muntaqim, Yang Maha Penyiksa.
82. Al ‘Afwu, Yang Maha Pemaaf.
83. Al Ra’uf, Yang Maha Pengasih.
84. Malikul Mulk, Yang Maha Menguasi kerajaan.
85. Dzul Jalali wal Ikram, Yang Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan.
86. Al Muqsith, Yang Maha Adil.
87. Al Jami’, Yang Maha Pengumpul.
88. Al Ghaniy, Yang Maha Berkecukupan.
89. Al Mughniy, Yang Maha Pemberi Kekayaan.
90. Al Mani’, Yang Maha Pencegah.
91. Adh Dharr, Yang Maha Pemberi Derita.
92. An Nafi’, Yang Maha Pemberi Manfaat.
93. An Nur, Yang Maha Bercahaya.
94. Al Hadi, Yang Maha Pemberi Petunjuk.
95. Al Badi’, Yang Maha Pencipta.
96. Al Baqiy, Yang Maha Kekal.
97. Al Warits, Yang Maha Pewaris.
98. Ar Rasyid, Yang Maha Pandai.
99. Ash Shabur, Yang Maha Sabar.
Adapun fadhilah zikir dan tafsir dari setiap nama-nama Allah dapat diklik langsung di masing-masing namanya. Fadhilah zikir dan tafsir ini didasarkan pada tulisan seorang ulama terkemuka di Mesir.

Pelajaran dari Imam Al Ghazali

Imam Ghazali = ” Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = ” Orang tua “
Murid 2 = ” Guru “
Murid 3 = ” Teman “
Murid 4 = ” Kaum kerabat “
Imam Ghazali = ” Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI . Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali = ” Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?”
Murid 1 = ” Negeri Cina “
Murid 2 = ” Bulan “
Murid 3 = ” Matahari “
Murid 4 = ” Bintang-bintang “
Iman Ghazali = ” Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU . Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”.
Iman Ghazali = ” Apa yang paling besar didunia ini ?”
Murid 1 = ” Gunung “
Murid 2 = ” Matahari “
Murid 3 = ” Bumi “
Imam Ghazali = ” Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.”
IMAM GHAZALI” Apa yang paling berat didunia? “
Murid 1 = ” Baja “
Murid 2 = ” Besi “
Murid 3 = ” Gajah “
Imam Ghazali = ” Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang
amanah.”
Imam Ghazali = ” Apa yang paling ringan di dunia ini ?”
Murid 1 = ” Kapas”
Murid 2 = ” Angin “
Murid 3 = ” Debu “
Murid 4 = ” Daun-daun”
Imam Ghazali = ” Semua
jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT . Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat ”
Imam Ghazali = ” Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ” Pedang “
Imam Ghazali = ” Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA . Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri “
“sampaikanlah walau satu ayat”..

AL Quranul Karim

Al-Qur’an Suci ditulis dalam bahasa Arab, akan tetapi secara esensi dan aktulitasnya, ia ditulis di dalam bahasa Tuhan. Hanya mereka yang cinta dan takut pada Tuhanlah yang dapat mengerti arti sejati dari Al-Qur’an, hanya mereka yang dekat kepada-Nya yang memahami bahasa-Nya.
Untuk mengatakan bahwa suatu kitab yang dapat kita pegang dengan tangan kita adalah Al-Qur’an Suci adalah seperti mengatakan bahwa matahari adalah sebuah cermin kecil yang bulat. Bahasa manusia tidaklah mampu menerjemahkan bahasa Al-Qur’an ke dalam suatu pengertian manusia. Kita itu fana, sementara Tuhan adalah kekal.
Al-Qur’an adalah sesuatu yang tidak bertepi. Bila lautan adalah tintanya, dan pohon-pohon di hutan adalah pena-penanya, lelangit dan Bumi adalah kertasnya, lalu sampai akhir waktu seluruh ciptaan menuliskan buku ini—maka tinta itu akan habis, semua pena juga akan habis, demikian pula semua kertas, para malaikat dan seluruh makhluk akan kelelahan—namun tetap saja makna Al-Qur’an tidak akan bisa dijelaskan sepenuhnya.
Segala hal telah tercakup dalam Al-Qur’an—apa-apa yang terjadi sebelum adanya masa dan setelah masa tiada, yang tersembunyi dan terbuka. Apapun terkandung dalam Al-Qur’an. Namun engkau harus punya mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, akal untuk memahami dan kalbu untuk merasakan.
Derajat pemahamanmu terhadap al-Quran berbanding lurus dengan kedekatanmu kepada Tuhan. Suatu hari, Ibnu al-’Arabi r.a., seorang sufi besar, terjatuh dari kudanya. Ketika murid-muridnya yang kuatir mendapatkannya, mereka melihatnya tengah duduk di tanah, diam, fana. Sesaat kemudian, ia pun menengadah dan berkata kepada mereka, ”Aku baru saja menafakuri dimana gerangan di dalam Al-Qur’an tercantum bahwa aku akan terjatuh dari kudaku. Aku telah menemukannya, ternyata itu terdapat pada suatu ayat pembukaan surat.”
Al-Qur’an Suci adalah sebuah dokumen. Ia membenarkan seluruh kitab-kitab yang diwahyukan terdahulu beserta kisah-kisah para Rasul yang membawanya. Pada satu tingkat, ia menceritakan tentang sejarah kemanusiaan, sejarah orang-orang yang beriman dan orang-orang tidak-beriman. Ia menunjukkan balasan untuk orang-orang yang beriman dan hukuman bagi orang-orang yang tidak-beriman. Ia mengajak kepada ke-berserah-diri-an dan cinta.
Al-Qur’an Suci mengajarkan kita untuk menjadi insan. Ia mengajarkan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, dan apa arti dari cinta. Ia adalah ‘mata’ yang diberikan Allah kepada kita. Siapapun yang memilikinya akan mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang nyata dan mana yang tersembunyi.
Al-Qur’an diwahyukan kepada nabi Muhammad S.A.W. sedikit demi sedikit, dalam suatu periode selama dua-puluh tiga tahun. Setiap kali suatu bagian disampaikan kepadanya, maka sang Nabi akan kehilangan kesadarannya. Dalam malam-malam yang dingin, beliau tetap berkeringat.
Tuhan menyampaikan kepadanya bahwa apabila wahyu ini diturunkan kepada gunung, maka gunung itu akan hancur berantakan. Akan tetapi (kalbu) seorang insan (dapat) lebih kuat daripada gunung. Para sahabat nabi menyaksikan bahwa saat kepada Nabi tengah diturunkan wahyu dari Al-Qur’an ketika beliau sedang berada di atas untanya, maka untanya sampai jatuh terduduk di atas lututnya karena beratnya beban wahyu yang disampaikan.
Pembersihan dari kotornya debu dunia disebutkan dalam Al-Qur’an dengan kelahiran nabi Isa a.s. Kelahirannya yang tidak berbapak adalah sebuah hadiah dari surga. Al-Qur’an pun memberitakan tentang kenabiannya, serta tentang kisah-kisah beliau menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan yang berpenyakit lepra serta menyembuhkan yang buta.
Al-Qur’an Suci adalah suatu kitab tentang pelajaran-pelajaran, sebuah buku tentang kebenaran, sebuah buku tentang cinta. Ia mengajarkan kita tentang kualitas-kualitas para nabi. Ia menunjukkan kepada kita bahwa seharusnya kita menjadi khalifah-Nya di muka Bumi. Jangan biarkan ia meninggalkan tangan, pikiran, atau hatimu. Membaca buku yang lain terus-menerus akan terasa membosankan, tapi tidak untuk kitab yang satu ini. Semakin banyak engkau baca, semakin ingin engkau terus membacanya.
Salah satu keajaiban dari Al-Qur’an adalah bahwa seorang anak berusia lima tahun dapat menghafalnya . Padahal Al-Qur’an terdiri atas 6.666 ayat dan 114 surat. Tidak ada kitab lain yang begitu mudah untuk dipelajari. Dalam setiap abad, terdapat ribuan, bahkan ratusan ribu orang yang telah hafal Al-Qur’an.
Insan itu fana, sedangkan Al-Qur’an adalah abadi. Ia merupakan kitab Allah. Maka bagaimanakah seseorang dapat menghafal Al-Qur’an? Bahkan, bagaimana manusia yang fana berani membaca Al-Qur’an yang abadi? Sebenarnya, Tuhanlah yang melindungi dan menjaga Al-Qur’an yang sesungguhnya – setiap kata dan titiknya. Kalbu insan yang menghafalnya, tetapi sesungguhnya Tuhanlah yang menyimpan Kitab Ilahiah itu di dalam kalbu insan. Tuhanlah yang melantunkan Al-Quran Suci melalui lisan insan.
Al-Qur’an Suci bukanlah sebuah buku yang ditulis dalam bahasa Arab. Seluruh alam raya adalah Al-Qur’an. Ia menjangkau dari yang lebih dahulu daripada yang awal, sampai ke setelah yang akhir. Ia adalah penjelasan yang mencakup segalanya.
Para pecinta Tuhan selalu membaca Al-Qur’an. Mereka yang ikhlas dan selalu berserah-diri kepada-Nya mengerti tentang arti Al-Qur’an. Al-Qur’an ibarat seutas tali. Satu ujung berada dalam genggaman-Nya dan yang satu lagi turun ke Bumi. Siapapun yang berpegang kepada tali itu akan selamat, dan memperoleh ganjaran Kebenaran dan al-Jannah.
Bacalah Al-Qur’an, agar dapat engkau temukan obat bagi segala kesulitanmu.
(dikutip dari buku ‘Cinta Bagai Anggur’ terbitan PICTS)

Fluktuasi Iman

Iman yang ada dalam hati seorang Muslim tidak tetap dalam satu keadaan, selalu mengalami perubahan. Terkadang naik, terkadang turun. Fluktuasi iman ini sudah disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, ”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)
Rasulullah SAW tidak mengingkari keadaan iman yang demikian, oleh karena itu beliau mendorong dan memberi arahan kepada umatnya untuk selalu memperbaharui dan menjaga kondisi iman supaya jangan sampai turun drastis, yang pada akhirnya akan mengantarkan ke dalam jurang kehinaan. Karena dengan kondisi seperti itu akan mudah mengantarkan seseorang untuk berbuat dosa.
Nasihat dan petunjuk Rasulullah itu betul-betul diperhatikan oleh para sahabatnya, karena mereka pun mengakui dan mengalami fluktuasi keimanan. Dalam hal ini Umar bin Khathab berkata kepada sahabat yang lain: ”Marilah kita perbaharui keimanan kita.”
Mu’adz bin Jabal berkata, ”Marilah duduk bersama kami, untuk beriman sesaat.” Perkataan Mu’adz ini bukan menunjukkan bahwa mereka tidak beriman sama sekali, tapi dia mengajak untuk meningkatkan keimanan setelah disibukkan oleh berbagai urusan dunia yang kadang menyebabkan kita lupa pada kondisi iman kita.
Sebenarnya banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menambah keimanan, di antaranya dengan menuntut ilmu, karena dengan ilmu itu akan mengantarkan orang untuk tahu akan Tuhannya. Allah berfirman: ”Sesungguhnya Allah mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” QS Annur [24]: 53).
Cara lain adalah dengan membaca, menelaah, mentadaburi Alquran. Sebagaimana firmannya, ”Katakanlah: Tuhanku menyuruhku untuk berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) dan sembahlah dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata kepada-Nya.” (QS Al A’raf [7]: 29).
Sebaliknya, di antara hal-hal yang menyebabkan keimanan seseorang menurun adalah perbuatan maksiat. Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya jika seorang Muslim berbuat dosa, maka terjadilah di hatinya satu bintik hitam. Jika ia bertaubat dan meninggalkan perbuatan itu maka bersihlah kembali hatinya. Jika tidak bertobat dan terus dosanya itu, maka bertambah banyaklah bintik hitam itu sehingga tertutup hatinya. Itulah ron (warna hitam) yang disebut dalam Alquran.
Oleh karena itu, marilah kita menjaga keimanan kita dan senantiasa meningkatkannya, apalagi di zaman sekarang ini, di mana kemaksiatan semakin merajalela di tengah kita, yang apabila tidak waspada, bisa terperosok ke dalamnya. Wallahu a’lam bish-shawa

Cinta Rasul

ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw.
Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala alaihi Muhammad.
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ.
Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.
“Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya;
kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Diketik ulang dari buku “Rindu Rosul”, karangan Jalaluddin Rakhmat,
penerbit Rosda Bandung, hal 31-33.
cetakan pertama September 2001.

Ciri KEDEWASAAN

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, Allahuma shalli ‘ala Muhammad wa’ala aalihi washahbihii ajmai’iin,
Semoga Allah yang Mengenggam langit dan bumi, membuka pintu hati kita semua agar dapat memahami hikmah dibalik kejadian apapun yang menimpa dan semoga Allah membimbing kita untuk bisa menyikapi kejadian apapun dengan sikap terbaik kita.
Ciri khas umat Dewasa diawali dengan Diam Aktif yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam berkomentar. Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam mengendalikan lisannya, seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat biasanya selalu dikomentari.
Orang tua yang kurang dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari, ketika dia melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari, ketika menonton televisi misalnya; komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton. Penonton tv yang dewasa itu senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton senantiasa direnungkan tentunya acara yang bermanfaat) dan memohon dibukakan pintu hikmah kepada Allah, Subhanalloh.
Ketika menyaksikan demonstrasi dia bertafakur.. “beginilah kalau negara belum matang, setiap waktu demo,kata-kata yang dikeluarkan jauh dari kearifan”"ternyata sangat mudah menghina, mencaci, dan memaki itu” Seseorang yang pribadinya matang dan dewasa bisa dilihat dari komentar-komentarnya, makin terkendali Insya Allah akan semakin matang.
Ciri kedewasaan selanjutnya dapat dilihat dari Empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba perasaan orang lain, orang yang bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa. Kedewasan seseorang dapat dilihat dari keberanian melihat dan meraba perasaan orang lain. Seorang ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya yaitu tidak semena-mena menyuruh, walaupun sudah merasa menggajinya tetapi bukan berarti berkuasa, bukankah di kantor ketika lembur pasti ingin dibayar overtime? tetapi pembantu lembur tidak ada overtime? semakin orang hanya mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana. Semakin orang bisa meraba penderitaan orang lain Insya Allah akan semakin bijak. Percayalah tidak akan bijaksana orang yang hidupnya hanya memikirkan perasaannya sendiri.
Orang yang dewasa, cirinya hati-hati (Wara’),dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar berhitung tidak hanya dari benda, tapi dari waktu; tiap detik, tiap tutur kata, dia tidak mau jika harus menanggung karena salah dalam mengambil sikap. Anak-anak atau remaja biasanya sangat tidak hati-hati dalam bercakap dan mengambil keputusan.Orang yang bersikap atau memiliki kepribadian dewasa (wara’) dapat dilihat dalam kehati-hatian memilih kata, mengambil keputusan, mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk bersikap ceroboh.
Orang yang dewasa terlihat dalam kesabarannya (sabar), kita ambil contoh; didalam rumah seorang ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut menangis sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis , mengapa ? karena ternyata ibunya menangis pula. Ciri orang yang dewasa adalah sabar, dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap dan stabil.
Sahabat-sahabat, seseorang yang dewasa benar-benar mempunyai sikap yang amanah, memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab.
Untuk melihat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya bertanggungjawab, sebagai contoh ; seorang ayah dapat dinilai bertanggung jawab atau tidak yaitu dalam cara mencari nafkah yang halal dan mendidik anak istrinya? Bukan masalah kehidupan dunia, yang menjadi masalah mampu tidak mempertanggungjawabkan anak-anak ketika pulang ke akherat nanti? Ke surga atau neraka? Oleh karena itu orang tua harus bekerja keras untuk menjadi jalan kesuksesan anak-anaknya di dunia dan akherat.
Pernah ada seorang teman menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri, ketika ditanya tentang sholatnya? ternyata tidak berjalan dengan baik karena orang-orangnya tidak ada yang sholat sehingga melakukannya pun kadang-kadang, apalagi untuk shalat Jumat jarang dilaksanakan, dengan alasan masjidnya jauh.
Lalu kenapa disekolahkan di Luar Negeri? alasannya adalah sebentar lagi globalisasi., ketika perdagangan bebas anak harus disiapkan. Tetapi bagaimana jika sebelum perdagangan bebas anaknya meninggal dunia ? sudah disiapkan belum pulang ke akherat? orang yang dewasa akan berpikir keras bagaimana anak-anaknya bisa selamat? Jangan sampai di dunia berprestasi tapi di akherat celaka.
Saudaraku tidak cukup merasa bangga dengan menjadi tua, mempunyai kedudukan,jabatan,karena semua itu sebenarnya hanyalah topeng, bukan tanda prestasi. Prestasi itu adalah ketika kita semakin matang, dan semakin dewasa.
Kesuksesan kita adalah bagaimana kita bisa memompa diri kita dan menyukseskan orang-orang disekitar kita, kalau ingin tahu kesuksesan kita coba lihat perkembangan keluarga kita, istri dan anak-anak kita maju tidak? lihat sanak saudara kita pada maju tidak? Jangan sampai kita sendirian yang maju, tapi sanak saudara kita hidup dalam kesulitan, ekonominya seret, pendidikan seret., sedang kita tidak ada kepedulian. Berarti itu sebuah kegagalan., kedewasaan seseorang itu dilihat dari bagaimana kemampuan memegang amanah ? Wallahu’alam

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

www.manajemenqolbu.com

Imam Hasan Al Bashri dan Tetangganya Nasrani

Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi’in terkemuka di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama yang berjiwa besar dan mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan dicintai oleh rakyat kecil.
Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangganya ini memiliki kamar kecil untuk kencing di loteng di atas rumahnya. Atap rumah keduanya bersambung menjadi satu. Air kencing dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan menetes ke dalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Beliau menyuruh istrinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing itu agar tidak mengalir ke mana-mana.
Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya.”
Suatu hari Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang nasrani itu datang ke rumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes dari atas di dalam kamar sang Imam. Ia melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air kencing. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang ia buat di atas loteng rumahnya. Dan yang membuatnya bertambah heran kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak bilang padanya.
“Imam, sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ini ?” tanya si Tetangga.
Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun …
“Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ? Jika tidak kau katakan maka kami akan sangat tidak enak,” desak tetangganya.
“Sejak dua puluh tahun yang lalu,” jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau.
“Kenapa kau tidak memberitahuku ?”
“Nabi mengajarkan untuk memuliakan tetangga, Beliau bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya !”
Seketika itu si Tetangga langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia dan seluruh keluarganya masuk Islam.
Salah satu kisah dari buku Di Atas Sajadah Cinta, Habiburrahman El Shirazy, Republika-Basmala-MD, Mei 2007.
———————————————————-
Kunci Zuhud
Aku tahu , rizkiku tak mungkin diambil orang lain
Karenanya, hatiku tenang
Aku tahu,amal-amalku tak mungkin dilakukan orang lain
Maka aku sibukkan diriku untuk beramal
Aku tahu, Allah selalu melihatku
Karenanya, aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat
Aku tahu, kematian menantiku
Maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabbku.
(Hasan Al Bashri)

Keajaiban Al Quran dan Ilmu Pengetahuan

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
Langit yang mengembang (Expanding Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]
14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Gambar Gerakan Gunung / BenuaPara ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)
Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).(Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]
Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).
Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
Sumber:
Harun Yaya
Mukjizat Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta

Why Science Fail To Explain God

The atheist professor of philosophy pauses before his class and then asks one of his new students to
stand.
“You’re a Muslim, aren’t you, son?”
“Yes, sir”.

“So you believe in God?”
“Absolutely”.
“Is God good?”
“Sure! God’s good”.
“Is God all-powerful? Can God do anything?”
“Yes”.

The professor grins knowingly and considers for a moment.

“Here’s one for you. Let’s say there’s a sick person over here and you can cure him. You can do it. Would you help them? Would you try ?”
“Yes sir, I would”

“So you’re good…!”
“I wouldn’t say that”.
“Why not say that? You would help a sick and maimed person if you could in fact most of us would if we could… God doesn’t.”
[No answer]
“He doesn’t, does he? My brother was a Muslim who died of cancer even though he prayed to
God to heal him. How is this God good? Hmmm? Can you answer that one?”

[No answer]
The elderly man is sympathetic. “No, you can’t, can you?”
He takes a sip of water from a glass on his desk to give the student time to relax. In philosophy, you have to go easy with the new ones.
“Let’s start again, young fella. Is God good?”
“Er… Yes.”

“Is Satan good?”
“No.”
“Where does Satan come from?”
The student falters. “From… God…”

“That’s right. God made Satan, didn’t he?” The elderly man runs his bony fingers through his thinning hair and turns to the smirking, student audience.
“I think we’re going to have a lot of fun this semester, ladies and gentlemen”.
He turns back to the Muslim. “Tell me, son. Is there evil in this world?”
“Yes, sir”.

“Evil’s everywhere, isn’t it? Did God make everything?”
“Yes.”

“Who created evil?”
[No answer]
“Is there sickness in this world? Immorality? Hatred? Ugliness? All the terrible things – do they exist in this world?”
The student squirms on his feet. “Yes”.
“Who created them?”
[No answer]
The professor suddenly shouts at his student. “WHO CREATED THEM TELL ME,PLEASE !”
The professor closes in for the kill and climbs into the Muslim’s face. In a still small voice: “God
created all evil, didn’t He, son?”

[No answer]
The student tries to hold the steady, experienced gaze and fails. Suddenly the lecturer breaks away
to pace the front of the classroom like an aging panther.
The class is mesmerized.
“Tell me,” he continues, “How is it that this God is good if He created all evil throughout all time?”
The professor swishes his arms around to encompass the wickedness of the world.
“All the hatred, the brutality, all the pain, all the torture, all the death and ugliness and all the
suffering created by this good God is all over the world, isn’t it, young man?”

[No answer]
“Don’t you see it all over the place? Huh?”
Pause.
“Don’t you?” The professor leans into the student’s face again and whispers.
“Is God good?”

[No answer]
“Do you believe in God, son?”
The student’s voice betrays him and cracks. “Yes, professor. I do.”
The old man shakes his head sadly. “Science says you have five senses you use to identify and observe the world around you. Have you?”
“No, sir. I’ve never seen Him.”

“Then tell us if you’ve ever heard your God?”
“No, sir. I have not.”

“Have you ever felt your God, tasted your God or smelt your God…in fact, do you have any
sensory perception of your God whatsoever?”

[No answer]
“Answer me, please.”
“No, sir, I’m afraid I haven’t.”

“You’re AFRAID….. you haven’t?”
“No, sir.”
“Yet you still believe in him?”
“…yes…”
“That takes FAITH !” The professor smiles sagely at the underling.
“According to the rules of empirical, testable, demonstrable protocol, science says your God doesn’t exist. What do you say to that, son? Where is your God now?”

[The student doesn't answer]
“Sit down, please.”
The Muslim sits……..defeated.
Another Muslim raises his hand. “Professor, may I address the class?”
The professor turns and smiles. “Ah, another Muslim in the vanguard. Come, come, young man. Speak some proper wisdom to the gathering”.
The Muslim looks around the room. “Some interesting points you are making, sir. Now I’ve got a question for you. Is there such thing as heat?”
“Yes,” the professor replies. “There’s heat.”
“Is there such a thing as cold?”
“Yes, son, there’s cold too.”
“No, sir, there isn’t.”
The professor’s grin freezes. The room suddenly goes very cold. The second Muslim continues.

“You can have lots of heat, even more heat, super-heat, mega-heat, white heat, a little heat or
no heat but we don’t have anything called ‘cold’. We can hit 458 degrees below zero, which is no heat,
but we can’t go any further after that. There is no such thing as cold, otherwise we would be able to go colder than minus 458. You see, sir, cold is only a word, we use to describe the absence of heat. We cannot measure cold. Heat we can measure in thermal units because heat is energy. Cold is not the opposite of heat, sir, just the absence of it.”

Silence. A pin drops somewhere in the classroom.
“Is there such a thing as darkness, professor?”
“That’s a dumb question, son. What is night if it isn’t darkness? What are you getting at…..?”
“So you say there is such a thing as darkness?”
“Yes……”

“You’re wrong again, sir. Darkness is not something, it is the absence of something. You can have low light, normal light, bright light, flashing light but if you have no light constantly you have nothing and it’s called darkness, isn’t it? That’s the meaning we use to define the word. In reality, Darkness isn’t. If it were, you would be able to make darkness darker and give me a jar of it. Can you…….give me a jar of darker darkness, professor?”
Despite himself, the professor smiles at the young effrontery before him. This will indeed be a good
semester. “Would you mind telling us what your point is, young man?”
“Yes, professor. My point is, your philosophical premise is flawed to start with and so your conclusion must be in error….”
The professor goes toxic. “Flawed…? How dare you…!”
“Sir, may I explain what I mean?”
The class is all ears.
“Explain… oh, explain…” The professor makes an admirable effort to regain control. Suddenly he is
affability itself. He waves his hand to silence the class, for the student to continue.
“You are working on the premise of duality,” the Muslim explains. “That for example there is life and then there’s death; a good God and a bad God. You are viewing the concept of God as something finite, something we can measure. Sir, science cannot even explain a thought. It uses electricity and magnetism but has never seen, much less fully understood them. To view death as the opposite of life is to be ignorant of the fact that death cannot exist as a substantive thing. Death is not the opposite of life, merely the absence of it.”
The young man holds up a newspaper he takes from the desk of a neighbor who has been reading it.
“Here is one of the most disgusting tabloids this country hosts, professor. Is there such a thing as
immorality?”
“Of course there is, now look…”

“Wrong again, sir. You see, immorality is merely the absence of morality. Is there such thing as
injustice? No. Injustice is the absence of justice. Is there such a thing as evil?”

The Muslim pauses.

“Isn’t evil the absence of good?”

The professor’s face has turned an alarming color. He is so angry he is temporarily speechless.
The Muslim continues. “If there is evil in the world, professor, and we all agree there is, then God, if he exists, must be accomplishing a work through the agency of evil. What is that work, God is accomplishing? Islam tells us it is to see if each one of us will, choose good over evil.
The professor bridles. “As a philosophical scientist, I don’t view this matter as having anything to do with any choice; as a realist, I absolutely do not recognize the concept of God or any other theological factor as being part of the world equation because God is not observable”.
“I would have thought that the absence of God’s moral code in this world is probably one of the most observable phenomena going,” the Muslim replies.
“Newspapers make billions of dollars reporting it every week! Tell me, professor. Do you teach your students that they evolved from a monkey?”
“If you are referring to the natural evolutionary process, young man, yes, of course I do.”

“Have you ever observed evolution with your own eyes, sir?”
The professor makes a sucking sound with his teeth and gives his student a silent, stony stare.
“Professor. Since no-one has ever observed the process of evolution at work and cannot even prove that this process is an on-going endeavor, are you not teaching your opinion, sir? Are you now not a scientist, but a priest?”
“I’ll overlook your impudence in the light of our philosophical discussion. Now, have you quite finished?” the professor hisses
.
“So you don’t accept God’s moral code to do what is righteous?”
“I believe in what is – that’s science !”

“Ahh ! SCIENCE !” the student’s face splits into a grin.
“Sir, you rightly state that science is the study of observed phenomena. Science too is a premise which is flawed…”
“SCIENCE IS FLAWED..?”
the professor splutters.
The class is in uproar.
The Muslim remains standing until the commotion has subsided.
“To continue the point you were making earlier to the other student, may I give you an example of what I mean?”
The professor wisely keeps silent.
The Muslim looks around the room. “Is there anyone in the class who has ever seen the professor’s
brain?”

The class breaks out in laughter. The Muslim points towards his elderly, crumbling tutor.
“Is there anyone here who has ever heard the professor’s brain… felt the professor’s brain, touched or smelt the professor’s brain?”
No one appears to have done so. The Muslim shakes his head sadly.
“It appears no-one here has had any sensory perception of the professor’s brain whatsoever. Well, according to the rules of empirical, stable, demonstrable protocol, science, I DECLARE that the
professor has no brain”.

The class is in chaos.
The Muslim sits… Because that is what a chair is for.



ARTINYA


Profesor filsafat yang atheis di depan kelas dan kemudian meminta salah seorang siswa barunya untukberdiri."Kau seorang Muslim, bukan, Nak?""Ya, Sir".
"Jadi Anda percaya pada Tuhan?""Tentu".
"Apakah Tuhan baik?""Tentu! Tuhan baik ".
"Apakah Tuhan mahakuasa? Dapatkah Tuhan melakukan segala sesuatu? ""Ya".
Para profesor menyeringai sadar dan mempertimbangkan sejenak.
"Berikut ini salah satu untuk Anda. Katakanlah ada seseorang sakit di sekitar sini dan Anda dapat menyembuhkannya. Anda bisa melakukannya. Apakah Anda membantu mereka? Apakah Anda mencoba? ""Ya, Sir, saya akan"
"Jadi kau baik ...!""Saya tidak akan mengatakan bahwa".
"Mengapa tidak mengatakan bahwa? Kamu bersedia menolong orang sakit dan menyembuhkannya jika kamu bisa pada kenyataannya kebanyakan dari kita akan melakukannya jika bisa ... Tuhan tidak. "[Tiada jawaban]
"Dia tidak, bukan? Saudara saya adalah seorang Muslim yang meninggal karena kanker meskipun dia berdoa kepadaTuhan menyembuhkannya. Bagaimana Tuhan ini baik? Hmmm? Dapatkah Anda menjawab itu? "[Tiada jawaban]
Orang tua adalah simpatik. "Tidak, Anda tidak bisa, Anda?"
Ia menyesap air dari gelas di mejanya untuk memberikan waktu siswa untuk bersantai. Dalam filsafat, Anda harus pergi mudah dengan yang baru.
"Mari kita mulai lagi, anak muda. Apakah Tuhan baik? ""Er ... Ya."
"Apakah setan baik?""Tidak"
"Mana setan datang?"Mahasiswa tergagap. "Dari ... Tuhan ..."
"Itu benar. Tuhan menciptakan setan, dia tidak "Si pria tua berjalan jari kurus rambut menipis dan berubah menjadi menyeringai, penonton siswa?."Saya pikir kita akan memiliki banyak menyenangkan semester ini, ladies and gentlemen".
Dia kembali ke Islam. "Katakan padaku, Nak. Apakah ada kejahatan di dunia ini? ""Ya, Sir".
"Kejahatan ada di mana-mana, bukan? Apakah Tuhan menciptakan semuanya? ""Ya."
"Siapa yang menciptakan kejahatan?"[Tiada jawaban]
"Apakah ada penyakit di dunia ini? Immorality? Kebencian? Keburukan? Segala hal mengerikan - mereka ada di dunia ini "?Siswa menggeliat di kakinya. "Ya".
"Siapa yang menciptakan mereka?"[Tiada jawaban]
Profesor tiba-tiba berteriak pada sang mahasiswa. "SIAPA YANG MENCIPTAKAN MEREKA KATAKAN PADA SAYA!"Sang profesor untuk membunuh dan naik ke wajah Muslim. Dengan suara yang masih kecil: "Allahmenciptakan semua kejahatan, tidak Dia, Nak? "[Tiada jawaban]
Mahasiswa mencoba untuk menahan pandangan, stabil berpengalaman dan gagal. Tiba-tiba dosen melepaskan diriuntuk kecepatan depan kelas seperti panther penuaan.Kelas ini terpesona.
"Katakan padaku," ia melanjutkan, "Bagaimana bisa dikatakan bahwa Tuhan baik jika Dia menciptakan kejahatan sepanjang waktu?"Profesor swishes memeluk untuk mencakup kejahatan dunia."Semua kebencian, kebrutalan, semua rasa sakit, semua penyiksaan, kematian dan semua keburukan dan semuapenderitaan yang diciptakan oleh Allah yang baik adalah seluruh dunia, bukan, anak muda? "[Tiada jawaban]
"Tidakkah kau melihat itu semua tempat? Ya? "Jeda.
"Apakah kau tidak?" Profesor menatap wajah sang mahasiswa sambil mendesis."Apakah Tuhan baik?"[Tiada jawaban]
"Apakah Anda percaya pada Tuhan, Nak?"Suara mahasiswa mengecewakannya. "Ya, profesor. Saya lakukan. "
Orang tua itu menggeleng sedih. "Sains mengatakan bahwa kamu memiliki panca indra yang kamu gunakan untuk mengidentifikasi dan mengamati dunia di sekitar Anda. Apakah Anda? ""Tidak, Sir. Aku belum pernah melihat-Nya. "
"Maka, katakan pada kami jika Anda pernah mendengar Tuhan?""Tidak, Sir. Aku tidak. "
"Pernahkah kamu merasakan Tuhan, mengecap Tuhanmu atau berbau Allahmu ... pada kenyataannya, apakah Anda memilikisensori persepsi apapun Allahmu? "[Tiada jawaban]"Jawab aku, silakan.""Tidak, Pak, saya khawatir saya belum pernah."
"Kau TAKUT ... .. Anda belum? ""Tidak, Sir."
"Tapi kau masih percaya padanya?""... Ya ..."
"Itu membutuhkan IMAN!" Profesor tersenyum arif pada sang mahasiswa."Menurut aturan empiris, protokol yang dapat didemonstrasikan, sains menyatakan bahwa Tuhanmu tidak eksis. Apa yang Anda katakan itu, Nak? Dimana Tuhanmu sekarang? "[Siswa tidak menjawab]
"Duduklah, silakan."Muslim duduk ... ... .. kalah.
Seorang mahasiswa lain mengangkat tangannya. "Profesor, mungkin saya alamat kelas?"
Sang profesor berbalik dan tersenyum. "Ah, seorang Muslim di barisan terdepan. Ayo, ayo, anak muda. Bicaralah beberapa kebijaksanaan yang tepat untuk mengumpulkan ".
Muslim melihat ke sekeliling ruangan. "Beberapa poin yang menarik yang Anda buat, Pak. Sekarang saya punya pertanyaan untuk Anda. Apakah ada hal seperti itu sebagai panas? "
"Ya," jawab profesor. "Ada panas.""Apakah ada sesuatu seperti dingin?""Ya, anak, dingin juga ada."
"Tidak, Pak, tidak ada."Seringai sang profesor membeku. Ruangan tiba-tiba sangat dingin. Sang mahasiswa melanjutkan.
"Anda dapat memiliki banyak panas, bahkan lebih panas, super-panas, mega-panas, panas putih, sedikit panas atautidak panas, tetapi kita tidak memiliki sesuatu yang disebut 'dingin'. Kita dapat mencapai 458 derajat di bawah nol, dimana tidak ada panas,tetapi kita tidak bisa pergi lebih jauh setelah itu. Tidak ada hal yang disebut dingin, kecuali jika kita dapat pergi lebih dingin dari minus 458. Anda lihat, pak, dingin hanyalah sebuah kata, kita gunakan untuk mendeskripsikan ketiadaan panas. Kita tidak bisa mengukur dingin. Panas dapat kita ukur dalam satuan termal karena panas adalah energi. Dingin bukanlah kebalikan dari panas, Pak, hanya tidak adanya itu. "
Diam. Sebuah pin tetes suatu tempat dalam kelas."Apakah ada hal seperti kegelapan, profesor?""Itu pertanyaan anak, bodoh. Apakah malam itu jika bukan gelap? Apa yang Anda mendapatkan di ... ..? "
"Jadi, anda mengatakan ada sesuatu seperti kegelapan?""Ya ... ..."
"Anda salah lagi, Pak. Kegelapan bukanlah sesuatu, itu adalah tidak adanya sesuatu. Anda dapat memiliki cahaya rendah, cahaya normal, cahaya terang, cahaya berkedip tetapi jika Anda tidak memiliki cahaya yang terus-menerus Anda memiliki apa-apa dan itu disebut kegelapan, bukan? Itulah arti kita gunakan untuk mendefinisikan kata. Pada kenyataannya, Kegelapan tidak. Jika demikian, Anda akan mampu membuat kegelapan gelap dan memberikan saya sebuah guci itu. Dapatkah Anda ... .... Memberi saya sebotol gelap lebih gelap, profesor? "
Meskipun dirinya, profesor tersenyum pada kelancangan muda sebelum dia. Ini memang akan menjadi baiksemester. "Maukah Anda memberi tahu kami apa maksud Anda adalah, anak muda?"
"Ya, profesor. Poin saya adalah, premis filsafat anda adalah cacat untuk memulai dengan dan jadi kesimpulannya Anda harus dalam kesalahan .... "
Profesor pergi beracun. "Cacat ...? Berani-beraninya kau ...! ""Pak, mungkin saya menjelaskan maksud saya?"
Kelas adalah semua telinga."Jelaskan ... oh, jelaskan ..." Profesor itu membuat upaya mengagumkan untuk mendapatkan kembali kontrol. Tiba-tiba diakebaikan itu sendiri. Dia melambaikan tangannya untuk menenangkan kelas agar sang mahasiswa dapat melanjutkan.
"Anda bekerja pada premis dualitas," jelas Muslim. "Sebagai contoh, adanya hidup dan adanya mati; Tuhan yang baik dan Tuhan jahat. Anda melihat konsep Tuhan sebagai sesuatu yang terbatas, sesuatu yang kita dapat mengukur. Pak, sains bahkan tidak bisa menjelaskan pikiran. Itu menggunakan listrik dan magnet, tetapi tidak pernah terlihat, banyak yang tidak memahaminya. Untuk melihat kematian sebagai lawan kehidupan adalah pengabaian fakta bahwa kematian tidak dapat eksis sebagai sesuatu secara substantif. Kematian bukanlah lawan dari kehidupan, ketiadaan itu. "
Pemuda memegang sebuah surat kabar dari meja tetangga yang telah membacanya.
"Inilah salah satu tabloid paling menjijikkan negeri ini host, profesor. Apakah ada hal-hal sepertiimoralitas? ""Tentu saja ada, sekarang lihat ..."
"Salah lagi, pak. Anda lihat, amoralitas hanyalah ketiadaan moralitas. Apakah ada hal seperti itu sebagaiketidakadilan? Ketidakadilan No adalah tidak adanya keadilan. Apakah ada hal seperti itu sebagai kejahatan? "Muslim jeda.
"Apakah tidak jahat ketiadaan baik?"Wajah profesor berubah warna mengkhawatirkan. Dia sangat marah ia berkata-kata sementara.
Muslim terus berlanjut. "Jika ada kejahatan di dunia, profesor, dan kami semua setuju ada, maka Tuhan, jika Dia eksis, tentu akan menyempurnakan pekerjaan-Nya melalui agen kejahatan tersebut. Apakah pekerjaan itu, Tuhan sempurnakan dengannya? Islam mengatakan kepada kita itu adalah untuk melihat apakah masing-masing dari kita akan, memilih yang baik atas kejahatan. "
Sang profesor terhenyak. "Selaku ilmuwan filsafat, saya tidak melihat hal ini sebagai memiliki kaitannya dengan pilihan apapun; sebagai seorang realis, saya benar-benar tidak melihat konsep Tuhan maupun faktor teologis lain sebagian bagian dari persamaan dunia karena Tuhan tidak bisa diamati ".
"Saya akan berpikir bahwa ketiadaan kode moral ketuhanan di dunia ini mungkin salah satu fenomena yang paling bisa diamati" sahut sang Muslim."Surat kabar membuat milyaran dollar melaporkannya setiap minggu! Katakan, profesor. Apakah anda mengajar mahasiswa bahwa mereka berevolusi dari monyet? ""Jika anda mengacu pada proses evolusi alamiah, anak muda, ya, tentu saja saya lakukan.""Pernahkah anda mengamati evolusi dengan mata anda sendiri, pak?"
Profesor membuat suara mengisap dengan giginya dan memberikan muridnya sebuah tatapan, diam membatu.
"Profesor. Karena tidak ada seorang pun pernah mengamati proses evolusi bekerja dan bahkan tidak dapat membuktikan bahwa proses ini adalah upaya terus-menerus, bukankah anda sedang mengajarkan opini anda, pak? Apakah anda sekarang bukan seorang ilmuwan, tetapi seorang imam? ""Saya memaafkan kelancangan anda dalam nuansa diskusi filosofis kita. Sekarang, apakah Anda cukup selesai "desis profesor?.
"Jadi anda tidak menerima kode moral ketuhanan melakukan apa yang benar?""Saya percaya pada apa yang - itu sains!"
"Ahh! ILMU "wajah! Mahasiswa berubah sinis.
"Pak, Anda benar menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah studi tentang fenomena yang diamati. Ilmu juga merupakan premis yang cacat ... ""ILMU cacat ..?" Sang profesor bergetar.
Kelas ini gempar.Muslim tetap berdiri sampai keributan mereda.
"Untuk melanjutkan titik Anda sedang membuat sebelumnya kepada siswa lain, mungkin saya memberikan Anda sebuah contoh dari apa yang saya maksud?"Profesor diam.
Muslim melihat ke sekeliling ruangan. "Apakah ada orang di kelas yang pernah melihat profesorotak? "
Kelas pecah dalam tawa. Sang mahasiswa menunjuk pada lansia gurunya, runtuh.
"Apakah ada seseorang di sini yang pernah mendengar otak professor ... merasa otak profesor, menyentuh atau mencium bau otak professor?"
Tampaknya tidak seorang pun melakukannya. Muslim menggeleng sedih.
"Tampaknya tidak seorang pun pernah memiliki tanggapan indra apapun terhadap otak pak profesor itu apapun. Nah, menurut aturan empiris, stabil, ilmu pengetahuan dibuktikan, protokol, SAYA NYATAKAN bahwaprofesor tidak punya otak ".

Percakapan Antara Intelektual Islam dengan 6th Grade

Sekarang banyak berita seperti ini di Amerika sejak Sep 11, 2001 lalu. Tumbuh banyak keingintahuan masyarakat Amerika tentang Islam, muslim, jihad dan peperangan/kekerasan, setelah pemerintah Amerika fokus pada teroris bukan pada islam dan muslim.
Ini kita dengar dari teman-teman mesjid di Indonesia Community di NY dan termasuk Imam/Ustadz (Syamsi Ali). Beliau ini sekarang lagi laku keras diminta hadir dan berbicara di acara peringatan Sep 11 di komunitas non-muslim, baik oleh pemerintah NY, komunitas kristen maupun media seperti TV berbincang dengan pendeta (kristen) maupun rabbi (yahudi).
Pak Syamsi sempat diminta melantunkan ayat qur’an di Yankee Giant Stadium dalam acara remembrance yang dilakukan NY state ada walikota NY dan gubernur NY juga; semua pimpinan agama yang ada didunia hadir, semua channel meliput acara ini waktu itu. Banyak – dalam arti dulu sama sekali enggak ada atau sangat sedikit – acara atau artikel tentang islam yang disajikan dengan lurus enggak
bengkak bengkok, kecuai CNN kali ya….Oprah Show juga meliput Islam dan muslim.
Memang demikianlah masyarakat amerika, kadang kita harus bedakan antara masyarakatnya dengan pemerintah nya Amerika. Coba juga lihat amazon.com, lihat 100 best seller. Banyak buku
tentang yang disebut diatas terjual, termasuk Al Qur’an terjemahan.
Minggu lalu sempat mereka kehabisan stok untuk The Qur’an, mungkin enggak kira kali ya?
Mungkin ini kayak hikmah namun dengan harga nyawa yang sangat mahal.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
salam sejahtera,
Siang tadi, pukul 12:45 -01.45, saya dan tiga orang dari Muslim Student Association [MSA], University of Maine diminta berbicara tentang Islam di hadapan anak-anak kelas 7-8, dan kelas 6.
Sejak peristiwa Sept 11, MSA kebanjiran permintaan untuk mengisi satu jam mata pelajarang “Social Studies” di beberapa sekolah. Tahun lalu, beberapa High School meminta Asian Student Association
bicara tentang South East Asia pada mata kuliah yang sama. Tahun lalu, saya bicara tentang Indonesia di beberapa HSs.
Tahun ini agak beda dengan tahun lalu. Guru pengarah menekankan kepada kami –MSA– agar dapat memberikan gambaran tentang Islam, kaitannya dengan Kristen, dan bagaimana Islam melihat kasus Sept 11.
Karena murid yang hadir itu masih sangat kanak-kanak [kelas 6 SD, hingga 2 SMP] maka kami harus memilih metode yg pas agar mereka mudah memahaminya. Saya dan Reza [juga dari Indonesia] kebagian anak-anak sixth Graders. Kammal [Egytptian] dan Hussein [Lebanese] kebagian 7th+8th
graders.
Saya mulai dengan pertanyaan siapa yang mengenal “Adam and Eve”. Hampir semua anak tunjuk jari. Pertanyaan selanjutnya, “Siapa yang tahu di mana Adam and Eve berada?”
Salah seorang siswa menjawab “In the garden of Eden”.
“What happened to them?” tanya saya mengejar.
“They ate the forbidden fruits,” jawab salah seorang siswi.
“What next?”
“They were expelled from the Garden of Eden.”
“Why?” tanya saya. Tidak ada yang menjawab. Saya lanjutkan, “Because they disobeyed God.” Anak-anak mengangguk-angguk mengiyakan.
“Do you know where will we go after we die?” tanya saya selanjutnya. Salah seorang siswi mengacungkan tangan, “We’re gonna go to the Heaven.”
“Are you sure?” tanya saya selanjutnya. “What make you think we will go to the Heaven?”
Anak-anak itu looked puzzled. Ketika saya minta tunjuk jari untuk bicara, tak ada yang angkat tangan.
“Yeah, we are sure that we’re going to go to the Heaven -when die- because we are good people. Because we follow the teaching of God.”
Mendengar apa yang saya katakan, anak-anak itu pada menarik nafas lega. “Now, what is the teaching of God?” tanya saya. Anak-anak itu tengok kanan-tengok kiri.
Saya pun melemparkan umpan. “Siapa yang mengenal Jesus.” Hampir seluruh kelas [nearly 40 murids] mengacungkan jari.
“Siapa yang rajin ke gereja?” tanya saya. Hanya beberapa yang mengacungkan tangan. Beberapa anak yang tak mengacungkan tangan berbisik “I used to”.
“Yang diajarkan Jesus itulah the teaching of God,” kata saya.
“If you want to go the the Heaven, as a Christian, you should study what Jesus teaches, understand them, dan follow them.”
Beberapa anak menggut-manggut, beberapa anak hanya nyengir kuda. Saya tak mengapa mereka meringis. Yang manggut-manggut itu anak-anak yang tadi tunjuk jari, ketika saya tanya siapa
yang rajin ke gereja.
Moses
Saya tanya siapa yang mengenal Moses, hanya beberapa orang yg angkat tangan. Tapi ketika saya tanya “The Ten Commandment”, semua anak tunjuk jari. Saya naik, nanya siapa yang mengenal
Abe [Abraham]. Hampir semuanya tunjuk jari.

“Do you know that Abraham had two sons?” tanya saya. Anak-anak itu tidak ada yang tahu. Gurunya yang menjawab. “Yes, they were Isaac and Ishmael.”
Di papan tulis, saya buat chart, Abraham: Isaac + Ishmael. Dari Isaac saya turunkan: Moses + Jesus; dari Ishmael saya turunkan Muhammad. Pada Moses saya beri tanda “David Star”, pada Jesus saya beri tanda “Cross”, pada Muhammad saya beri tanda “Bulan Sabit.”
Dari situ saya mulai masuk informasi tentang Islam. Kepada kelas, saya tunjukkan hubungan antara Islam-Kristen-Jahudi. Saya tunjukkan kepada kelas, itulah serangkaian “the Teaching of God”. God memberikan Torah kepada Moses, Gospel kepada Jesus, dan Qur’an kepada Muhammad. Teaching itu diturunkan untuk menuntun manusia supaya bisa kembali ke Heaven.
“If you read Bible, any good teaching you find in it, you will also find it in the Koran,” kata saya. “The only major differences between Christianity and Islam are that Christian see Jesus as the Savior, we -muslim- see him just as a Prophet. And we respect him. And that we-muslim-do not believe in the sin for newly born baby. All babies are born innocent, in Islam.”
Saya tidak menjelaskan bahwa Islam tak mengenal konsep Trinitas. Menurut saya, konsep itu terlalu komplek untuk diangkat buat anak-anak kelas 6 SD. Menurut saya, cukuplah buat mereka jika mereka tahu bahwa Islam dan Kristen-Jahudi itu berasal dari the same root. Dan, moral teaching yang didapati di Bible juga ada di al Qur’an.
Islam
“If the Islamic teachings are just like the Christian teaching, then, why some muslim do bad thing, like the Sept 11 -supposed the people who did it were Mr. Laden and his gangs?” tanya saya selanjutnya.
Memasuki daerah ini, anak-anak mulai rame. Mereka pada tunjuk jari ingin mengajukan pertanyaan. Tapi guru pengarahnya minta mereka bersabar, agas saya dapat selesaikan ’speech’ yg akan selesai sekitar lima menit lagi.
“The truth is I don’t know why some people do bad things. What I could tell you, though… Islam forbids the killing of innocent people.”
“So, what happened last Sept 11 was totally wrong. There is no teaching in Islam to justify that action. And, I believe those who did it should be brought to justice.”
“I also ask you to remember this…please, make distinction between the guy who did bad things from the teahing of their religions. There are some bad guys out there, and they could be Moslems or Christians. There also some good guys out there which happen to be Moslems or Christians, like you
and I.”
Itulah pengantar ’speech’ yang saya sampaikan kurang lebih dalam dua belas menit. Waktu selanjutnya, adalah tanya jawab. Pertanyaannya buanyaaaaaak sekali. Baik tentang Indonesia, Islam, maupun September 11. Reza dan saya team up menjawab pertanyaan murid-murid dan guru pengarah. Gurunya ada empat orang. Saya tak bisa tulis semua pertanyaan itu, di bawah ini hanya saya sampaikan beberapa yang relevan dengan topik-nya “Islam and September 11.”
Pertanyaan:
Q: “Why did they do the September 11?” tanya salah seorang siswi.
A: “I don’t really know. And, I don’t want to make any judgement on this. Let’s wait what the FBI find out.”
Q: “Do you know the guys who did it? You’re moslem.”
A: “Yes I am a moslem. But, I don’t know them. What I know about them is based on what the media told us.”
Q: “Does Sept 11. have a special meaning in Islam?”
A: “Not that I know off. To tell you the truth, The Sept 11 is nothing to do with Islam.”
Q: “Do you pray before going to bed? and how?”
A: “We pray when doing anything good, like eating, studying, taking a bath, helping friends, and going
to bed. My prayer before going to bed is very simple, ‘God, please take care everything while I am
dead during my sleep. And, if you decide to take me tonight, please bring me to the Heaven.’
Other than that, we have an obligatory prayer, which is done five times a day.”
Q: “Do the women in Islam have to wear veil?” tanya salah seorang siswi sambil memperagakan,
pakaian wanita Arab yang hanya nampak matanya.
A: “Veil is a must in Islam. There is verse in the Koran about that. But, you have to differentiate
between culture and the teaching of Islam. The veil in Islam is like when you see a nun in the
church. All body, except face and your palms, is covered.”
Q: “Are all Arab are moslems?” tanya seorang Guru.
A: “Not all Arab are moslems. Some Arabs are Christians like Khalil Gibran, some are Jewish, or else.
Likewise, not all moslems are Arab. Almost 90% of Indonesians are moslems, and there are about
210 M of Indonesians.”
Q: “Do you people of Indonesia also have holiday for Chiristmas and Easter?”
A: “We do have those. We also have a holliday for other religious holidays, like for the Hindus, Budhists,
and of course for the Islamic holidays.”
Q: “How did you react when you saw the Sept 11.?” tanya bu guru.
A: “I was angry, sad, and terrified. My first thought was the world is no longer safe. If they could do it
here, in the USA, they could do it anywhere else. I was angry at the guy who did the brutal action.
I was sad for knowing there would be lots of life loss. Children lost their dads or moms, husband
lost their wives, wives lost their love ones. We should take an action to prevent thing like this from
happening in the future.”
Q: “How does Islam see women. Are women alloed to work or to go to school?” tanya bu guru lain
merefer to situasi di Afghanistan.
A: “In Islam, women do not have to work. It’s the responsibility of the husband to support the family. If
the women happen to have a job, the money belong to her. The husband can not touch that
money. It’s up to the women to spend the money. However, if she decide to spend the money for
the family, she will get the reward from God. I would like to make a point here. In the eye of
religion, it’s okay for the women do not work. But, if the husband do not go to work, it’s considered
a sinner. He do not fulfill his responsibility. So, women are not forbidden to work.
Islam does not forbid women to get education. There in no teaching in the book…Koran.. or the
tradition of the Prophet forbiding women from getting education. They don’t have to work, yes, but
to raise children, we need smart moms too.” [audience tertawa..]
I don’t know what is the reason for women in Afghanistan were not allowed to work or go to
school. I have read some information about that too in www.RAWA.org, http://www.rawa.org/[saya
menulis di papan]. I have also read the speech one of Thaliban leader in California last March.
He said, in the beginning of Thaliban administration, women are indeed not allowed to work and go to
school. The reason was the situation was too dangerous for women to go out, because every
man had a gun, and tribal rivalry was still high. But, after Thaliban disarmed the people, now,
women go to work, and girl are going to school. And Thaliban just open medical school in every
province, most of the students are girl. [saya juga menambahkan, siswa laki-laki dan perempuan
dipisahkan, demikian juga dengan pekerja laki-laki dan perempuan; It's just like in Iran].
Q: “Do all women in Indonesia wear veil?” tanya seorang siswi.
A: “Not all of them.”
Q: “Why?”
A: “I don’t know. It’s just like in Christianity, not all Christians follow the teaching of Jesus.”
Q: “You said that it’s about 6 M of moslems are Americans.”
A: “Yes about that number. And four thousands of them are serving in the military. They become
moslem right after they get contact with Islam either during or after the Gulf War, and when they
were sent to Somalia.”
[itulah sebagian pertanyaan yang saya ingat baik di dalam kelas maupun di luar kelas setelah speech; kepada para Guru saya tinggalkan fotocopy tulisan:
-Karen Armstrong "The True, Peaceful Face of Islam" [Time]
-Ira Rifkin “One Nation, Under Islam” [Time]
-Charless Kimball “Q&A: Islamic Fundamentalism” [Christian Science Monitor]
Wassalam,
=Usman Maine=
“Lord opens
our eyes to see what is beautiful, or
our minds to know what is true, or
our hearts to love what is good”
——————————————–
 

Avie's Blogspot Template by Ipietoon Cute Blog Design