dakwatuna.com - Fenomena wanita berjilbab bukan hal
baru yang dapat ditemui di kota besar Jakarta atau kota lainnya. Maha
Suci Allah yang telah menganugerahkan Hidayah kepada Hamba-hambaNya
untuk menutup aurat mereka.
Namun bila diperhatikan, ada banyak
kejanggalan yang terlihat dari maraknya muslimah berjilbab. Berjilbab
tapi telanjang. Ya, seperti itulah yang sekarang marak terlihat di
mana-mana. Mereka yang menutup rapat seluruh tubuh mereka tapi sayang
untuk menutup secara benar semua lekuk tubuh mereka. Berkerudung pendek
disertai dengan kaos lengan panjang yang menampakkan lekuk payudara
serta bercelana jeans yang menampakkan betapa indah dan jenjangnya kaki
mereka.
Wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang indah. Setiap
jengkal dari tubuh mereka bernilai keindahan. Jika dahulu, para wanita
memiliki rasa malu dan takut yang teramat sangat sehingga menampakkan
auratnya pun mereka enggan. Takut kepada Allah akan azab yang mereka
terima jika melanggar perintah Allah dan malu jika aurat mereka terlihat
oleh yang bukan muhrim.
Zaman kian bergeser, modernisasi merambah
dalam setiap sendi kehidupan. Berdalih kebebasan dan hak asasi manusia,
rasa malu dan takut semakin terkubur hingga tak lagi tampak oleh hati.
Hal tersebut juga menandakan keberhasilan syetan dalam mengupayakan
kesesatan anak manusia. Upaya syetan yang bermula dari bisikan dan
keteguhan untuk membawa anak cucu Adam menjadi teman setianya di neraka
jahannam.
Bisikan untuk sedikit demi sedikit mengubah cara
berpakaian dari yang tertutup lalu terbuka secara terus menerus hingga
keimanan menjadi goyah. Hal-hal yang sebelumnya tabu menjadi terbiasa
akibat pembiasaan yang dilakukan misalnya ketika dahulu memakai pakaian
mini menjadi hal yang memalukan tapi tidak dengan sekarang. Bisikan
syetan yang melingkupi hati manusia untuk menghilangkan rasa malu
tersebut. Bahkan pakaian yang semestinya tidak boleh ditampakkan di
depan lawan jenis, kini bagaikan barang wajib yang harus ditampilkan
untuk menarik perhatian kaum Adam.
Tubuh wanita menjadi sesuatu yang murah akibat perbuatan wanita itu sendiri. Na’udzubillah.
Padahal
Allah SWT sebagai sebaik-baik Pencipta, telah memberikan aturan-aturan
yang bertujuan untuk melindungi hamba-Nya dan senantiasa selalu
berdampak manfaat. Walaupun acapkali hal tersebut tak pernah digubris
dan menganggap bahwa aturan-aturan tersebut mengekang kebebasan hak
mereka sebagai manusia.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59, dengan tegas Allah SWT mengingatkan kepada hambaNya:
Hai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan juga dalam Al-Qur’an surat An Nuur ayat : 31
Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.
Kejadian-kejadian yang menimpa kaum muslimah di
dunia ini adalah akibat dari kelalaian mereka dalam mengamalkan perintah
Allah. Melakukan tidak sepenuh hati. Yang akhirnya banyaknya kasus
pelecehan seksual dan sebagainya. Banyak yang berkerudung (disebut
kudung gaul, yang berkerudung hanya sampai ke leher tapi tetap memakai
baju ketat) merasa tak berdosa untuk berjalan di tempat umum sambil
menggandeng pria yang bukan muhrim, melakukan aktivitas pacaran dan
perbuatan buruk lainnya. Tidakkah mereka berfikir, hal tersebut justru
akan menjelekkan citra jilbab. Tapi memang, sesungguhnya nafsu dapat
menutup logika manusia untuk dapat berfikir mana yang haq dan mana yang
bathil.
Jika kita telah menutup aurat dengan sempurna, lalu ada
yang beranggapan negatif tentang kita, biarkan saja toh niat kita hanya
ingin melindungi diri dan mematuhi perintah Allah SWT. Mengapa harus
menunggu untuk merasa siap untuk melakukan suatu kebaikan. Mengapa harus
berkata “saya mau menjilbabkan hati dahulu sebelum saya berjilbab”.
Jika tidak sekarang kapan lagi taubat itu dilaksanakan. Sedangkan
perbaikan itu dapat dilakukan seiring pemakaian jilbab. Dan jilbab itu
sendiri adalah “rem” otomatis yang dapat kita gunakan tatkala kita
berniat melakukan aktivitas yang negatif. Tentu saja jika berjilbab
sebagaimana yang syari’at ajarkan. Yaitu mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan (tidak hanya sampai ke
leher), tidak ketat (tidak menampakkan lekuk tubuh), tidak transparan,
berbahan tebal, corak tidak berlebihan dan tidak menyerupai wanita
kafir.
Wallahua’lam.
—
Hanya sekelumit goresan
yang terlahir dari pengamatan, bukan bermaksud menganggap diri paling
benar hanya ingin berbagi pemikiran dan saling mengingatkan, saya
sendiri pun adalah makhluk yang tak luput dari dosa.
Saturday, January 21, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment