Al-Qur’an Suci ditulis dalam bahasa Arab, akan tetapi secara esensi dan
aktulitasnya, ia ditulis di dalam bahasa Tuhan. Hanya mereka yang cinta
dan takut pada Tuhanlah yang dapat mengerti arti sejati dari Al-Qur’an,
hanya mereka yang dekat kepada-Nya yang memahami bahasa-Nya.
Untuk mengatakan bahwa suatu kitab yang dapat kita pegang dengan tangan
kita adalah Al-Qur’an Suci adalah seperti mengatakan bahwa matahari
adalah sebuah cermin kecil yang bulat. Bahasa manusia tidaklah mampu
menerjemahkan bahasa Al-Qur’an ke dalam suatu pengertian manusia. Kita
itu fana, sementara Tuhan adalah kekal.
Al-Qur’an adalah sesuatu yang tidak bertepi. Bila lautan adalah
tintanya, dan pohon-pohon di hutan adalah pena-penanya, lelangit dan
Bumi adalah kertasnya, lalu sampai akhir waktu seluruh ciptaan
menuliskan buku ini—maka tinta itu akan habis, semua pena juga akan
habis, demikian pula semua kertas, para malaikat dan seluruh makhluk
akan kelelahan—namun tetap saja makna Al-Qur’an tidak akan bisa
dijelaskan sepenuhnya.
Segala hal telah tercakup dalam Al-Qur’an—apa-apa yang terjadi sebelum
adanya masa dan setelah masa tiada, yang tersembunyi dan terbuka. Apapun
terkandung dalam Al-Qur’an. Namun engkau harus punya mata untuk
melihat, telinga untuk mendengar, akal untuk memahami dan kalbu untuk
merasakan.
Derajat pemahamanmu terhadap al-Quran berbanding lurus dengan
kedekatanmu kepada Tuhan. Suatu hari, Ibnu al-’Arabi r.a., seorang sufi
besar, terjatuh dari kudanya. Ketika murid-muridnya yang kuatir
mendapatkannya, mereka melihatnya tengah duduk di tanah, diam, fana.
Sesaat kemudian, ia pun menengadah dan berkata kepada mereka, ”Aku baru
saja menafakuri dimana gerangan di dalam Al-Qur’an tercantum bahwa aku
akan terjatuh dari kudaku. Aku telah menemukannya, ternyata itu terdapat
pada suatu ayat pembukaan surat.”
Al-Qur’an Suci adalah sebuah dokumen. Ia membenarkan seluruh kitab-kitab
yang diwahyukan terdahulu beserta kisah-kisah para Rasul yang
membawanya. Pada satu tingkat, ia menceritakan tentang sejarah
kemanusiaan, sejarah orang-orang yang beriman dan orang-orang
tidak-beriman. Ia menunjukkan balasan untuk orang-orang yang beriman dan
hukuman bagi orang-orang yang tidak-beriman. Ia mengajak kepada
ke-berserah-diri-an dan cinta.
Al-Qur’an Suci mengajarkan kita untuk menjadi insan. Ia mengajarkan
tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh, dan apa arti
dari cinta. Ia adalah ‘mata’ yang diberikan Allah kepada kita. Siapapun
yang memilikinya akan mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil,
mana yang nyata dan mana yang tersembunyi.
Al-Qur’an diwahyukan kepada nabi Muhammad S.A.W. sedikit demi sedikit,
dalam suatu periode selama dua-puluh tiga tahun. Setiap kali suatu
bagian disampaikan kepadanya, maka sang Nabi akan kehilangan
kesadarannya. Dalam malam-malam yang dingin, beliau tetap berkeringat.
Tuhan menyampaikan kepadanya bahwa apabila wahyu ini diturunkan kepada
gunung, maka gunung itu akan hancur berantakan. Akan tetapi (kalbu)
seorang insan (dapat) lebih kuat daripada gunung. Para sahabat nabi
menyaksikan bahwa saat kepada Nabi tengah diturunkan wahyu dari
Al-Qur’an ketika beliau sedang berada di atas untanya, maka untanya
sampai jatuh terduduk di atas lututnya karena beratnya beban wahyu yang
disampaikan.
Pembersihan dari kotornya debu dunia disebutkan dalam Al-Qur’an dengan
kelahiran nabi Isa a.s. Kelahirannya yang tidak berbapak adalah sebuah
hadiah dari surga. Al-Qur’an pun memberitakan tentang kenabiannya, serta
tentang kisah-kisah beliau menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan
yang berpenyakit lepra serta menyembuhkan yang buta.
Al-Qur’an Suci adalah suatu kitab tentang pelajaran-pelajaran, sebuah
buku tentang kebenaran, sebuah buku tentang cinta. Ia mengajarkan kita
tentang kualitas-kualitas para nabi. Ia menunjukkan kepada kita bahwa
seharusnya kita menjadi khalifah-Nya di muka Bumi. Jangan biarkan ia
meninggalkan tangan, pikiran, atau hatimu. Membaca buku yang lain
terus-menerus akan terasa membosankan, tapi tidak untuk kitab yang satu
ini. Semakin banyak engkau baca, semakin ingin engkau terus membacanya.
Salah satu keajaiban dari Al-Qur’an adalah bahwa seorang anak berusia
lima tahun dapat menghafalnya . Padahal Al-Qur’an terdiri atas 6.666
ayat dan 114 surat. Tidak ada kitab lain yang begitu mudah untuk
dipelajari. Dalam setiap abad, terdapat ribuan, bahkan ratusan ribu
orang yang telah hafal Al-Qur’an.
Insan itu fana, sedangkan Al-Qur’an adalah abadi. Ia merupakan kitab
Allah. Maka bagaimanakah seseorang dapat menghafal Al-Qur’an? Bahkan,
bagaimana manusia yang fana berani membaca Al-Qur’an yang abadi?
Sebenarnya, Tuhanlah yang melindungi dan menjaga Al-Qur’an yang
sesungguhnya – setiap kata dan titiknya. Kalbu insan yang menghafalnya,
tetapi sesungguhnya Tuhanlah yang menyimpan Kitab Ilahiah itu di dalam
kalbu insan. Tuhanlah yang melantunkan Al-Quran Suci melalui lisan
insan.
Al-Qur’an Suci bukanlah sebuah buku yang ditulis dalam bahasa Arab.
Seluruh alam raya adalah Al-Qur’an. Ia menjangkau dari yang lebih dahulu
daripada yang awal, sampai ke setelah yang akhir. Ia adalah penjelasan
yang mencakup segalanya.
Para pecinta Tuhan selalu membaca Al-Qur’an. Mereka yang ikhlas dan
selalu berserah-diri kepada-Nya mengerti tentang arti Al-Qur’an.
Al-Qur’an ibarat seutas tali. Satu ujung berada dalam genggaman-Nya dan
yang satu lagi turun ke Bumi. Siapapun yang berpegang kepada tali itu
akan selamat, dan memperoleh ganjaran Kebenaran dan al-Jannah.
Bacalah Al-Qur’an, agar dapat engkau temukan obat bagi segala kesulitanmu.
(dikutip dari buku ‘Cinta Bagai Anggur’ terbitan PICTS)
Monday, January 2, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment